Sekitar lebih dari tiga ratus tahun yang lalu laksamane Tun Abdul Jamil diperintahkan oleh Raja Johor Sultan Abdul Jalil Syah untuk membuka suatu bandar perdagangan di Pulau Bintan.  Kapal Sang Laksamane yang datang dari Johor masuk pertama kali lewat Sungai Carang, Hulu sungai Riau-Tanjung Pinang. Tempat ini kemudian olehnya dibuka menjadi Bandar yang ramai. Bandar itu kemudian lebih dikenal dengan sebutan Bandar Riau (Ramai=Riuh) yang kini menjadi Kota Tanjung Pinang. Sungai Carang ini dulu juga menjadi saksi kemegahan pusat kerajaan kesultanan Melayu Johor-Pahang-Riau era pemerintahan Yang Dipertuan Muda (perdana menteri) Daeng Marewa (1722-1728), Daeng Celak (1728-1745), Daeng Kamboja (1745-1777), dan Raja Haji (1777-1784). Tepatnya berada di Pulau Biram Dewa yang luasnya  kurang lebih dari 5 ha yang merupakan pulau terbesar di hulu Sungai Carang.  Dulunya disana berdiri istana kota piring yang megah. Sayang kini bekas istana itu kini tinggal tapaknya saja beserta kuburan para raja dan para punggawanya. Selain itu sungai ini juga menjadi saksi perlawanan Raja Ali Haji Fisabilillah da pasukannya yang berhasil berhasil menghancurkan dan mengusir 13 kapal perang Belanda beserta ribuan pasukan yang ingin merebut Bandar Riau dari Kerajaan Johor. Pada perang itu pasukan melayu berhasil menenggelamkan kapal komando Belanda Malakas wal Faren, tepatnya pada 6 Januari 1784 yang kemudian ditasbihkan menjadi hari lahir Kota Tanjung Pinang. Setelah berpuluh-tahun sungai carang sepi dan berubah menjadi hutan Belantara bahkan dikuasai oleh para pengusaha yang mengeruk bauksit ditanahnya dan meninggalkannya terlantar begitu saja, Pemerintah Tanjung Pinang kembali berencana merestorasi sungai carang ini dan seluruh peninggalan kejayaan masa lalu di sekitar suangai ini.  Salah satunya dengan melakukan berbagai festival di sungai ini. Pada Jum'at 24 Oktober 2014 kemaren dibukalah festival "Tanjungpinang International Dragon Boat Race (DBR) 2014" yang diikuti oleh Tim dari Malaysia, Singapura dan dalam negeri seperti tuan rumah Kepri, Jambi dan lain sebagainya.  Acara yang setiap tahun diadakan itu dulunya dilaksanakan di Tepi laut Kota Tanjung Pinang tapi kini untuk pertama kalinya dilaksanakan di Sungai Carang, Tanjung Pinang. Setelah bertarung dalam babak penyisihan, akhirnya dalam babak final (26/10) , tim Polisi Diraja Malaysia terbukti lebih tangguh dari rivalnya tim Provinsi Kepri dan Muaro Jambi B.  Dan berhak mendapat hadiah piala bergilir Gubernur Kepri dengan hadiah uang sebesar  Rp40 juta, piagam, dan ditambah hadiah dari Pemerintah Provinsi Kepri sebesar Rp7.500.000,00. Berikut foto-foto kemeriahan festival "Tanjungpinang International Dragon Boat Race (DBR) 2014"  tersebut: [caption id="" align="aligncenter" width="491" caption="Atraksi Jet Sky pada pembukaan Tanjungpinang Dragon Boat Race 2014/dok. Dr. Eka Hansarianto"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="497" caption="Ribuan Warga menyaksikan acara dari atas jembatan sungai carang /dok. dr. eka hanasarianto"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="497" caption="Group Reyog Ponorogo memeriahkan TanjungpinangDragon Boat Race 2014"][/caption]
Terkait judul "Polisi Diraja Malaysia Lebih Unggul dari  Indonesia" tentu saja yang dimaksudkan di festival "Tanjungpinang International Dragon Boat Race (DBR) 2014 ini saja. Sedang dalam hal lain tentu saja ada juga keunggulan kita dari malaysia. Jadi jangan sensi ya...toh kita adalah saudara serumpun hehe... salam persahabatan....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H