Entah yang keberapa kali saya menonton program ini, tapi yang jelas setiap ada waktu tidak pernah absen dari mulai hingga habis program, hanya di waktu selangan iklan ku bisa pergi ke wc atau membuat kopi sekedar untuk menghilangkan perasaan yang sangat menyedihkan.
"Spårlöst" suatu acara di tv Swedia yang membantu anak adopsi untuk mencari orang tuanya atau keturunan keluarga dari mana mereka berasal,Yang aneh di akhir program dengan perasaan yang sangat kuat saya selalu tidak bisa menahan perasaan dan selalu mencucurkan air mata, Barang kali karena keadaan yang jauh dari orang tua dan keluarga meskipun tahu di mana mereka tinggal.
***
Senin pagi sekitar setelah jam kantor buka saya dapat telepon, biasanya orang  jarang sekali mau menelepon secara pribadi apa lagi awal pekan kecuali keluarga sendiri yang berada nun jauh di sana, pagi itu saya ada di rumah, sedikit bermalas-malasan karena badan sangat terasa cape sekali setelah kerja banyak selama akhir pekan maklum bukan pegawai negri atau pegawai kantoran, tempat kerjaku buka 24 jam 7 hari seminggu jadi harus siap kerja bergiliran, ditambah dengan cuaca yang sangat dingin, hujan gerimis di campur salju menambah malas keadaannya.
Saya ambil hp yang biasa diletakan di meja kecil di samping tempat tidur dan dilihat nomor siapa yang mau bicara di pagi hari begini. " Oh..! Ada apa ini KBRI mau bicara sama saya?" Pikirku sambil mengangkat hp.
" Hallo, selamat pagi, maaf yah mengganggu pagi begini barang kali masih tidur, ini dari kbri" Obrol dia, memang saya sudah tahu siapa suara itu karena saya sering ketemu.
" Oh tidak apa saya sudah bangun kok, ada apa bu?" ku balas perkataan dia.
" Ini ada orang sini mau datang ke Indonesia dan sambil mau menelusuri di mana dia dilahirkan dan sekalian mau mencari kedua orang tuanya dan dia hanya punya secarik kertas dengan alamat 23 tahun lalu, barang kali Tisna tahu karena kabupatennya Ciamis." Ok, suruh saja telepon saya nanti saya bisa bicara langsung sama dia semoga saya tahu alamat itu. " Ok gitu aja nanti saya suruh dia telp biar bisa bicara langsung." jawab dia dan langsung menutup pembicaraan.
Oh... mungkinkah ini suatu kenyataan bahwa saya bisa menolong orang untuk menemukan keluarga yang sudah berpuluh2 tahun tidak ketemu, jadi bukan hanya bisa lihat di tv saja, pikirku setelah meletakan hp di tempat semula.
Betapa mulianya orang itu yang telah membulatkan niat untuk mencari orangtuanya serta keluarga meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, betapa beraninya dengan tekad bulat untuk menempuh perkampungan yang belum tentu ketemu, mungkinkah dia bisa berkomunikasi dengan penduduk yang tidak bisa bahasa, jangankan bahasa inggris bahasa indonesia pun kurang lancar? memang ada istilah " Darah lebih kental daripada air"B arang kali itulah yang menjadikan dasar dia mau berangkat meskipun apa resikonya. Gembira atau kecewa.
Dua jam kemudian berdering lagi hp ku, kuliat nomor yang tertera di hp tapi nomornya tak ku kenal alias asing.