Pikiranku sudah tertuju kepada dia yang mau minta tolong atau minta sebuah penerangan tentang perjalan yang akan di tempuh.
" Tisna" jawabku memulai pembicaraan. Tradisi orang di sini memang kalau menerima telp selalu mengucapkan nama sendiri atau si pemilik nomor.
"Hej, det är Andreas." jawab dia
"Hej, jawabku kembali
" Jo, jag har pratat med Indonesiska ambassaden om min planering att åka till Indonesien, kan du berätta för mig hur kan jag hitta den här adressen?" ( Ja, saya telah bicara dgn kbri tentang rencana saya berangkat ke Indonesia, bisakah kamu terangkan bagaimana saya bisa menemukan alamat ini? )
" Ja, men när ska du åka?"( ja, kapan kamu mau berangkat?)
"Om two veckor." ( dlm waktu 2 minggu?
"Jag ska också åka." ( saya juga mau berangkat)
Memang saya sudah merencanakan untuk pulang ke indonesia dalam tanggal tertentu untuk menghadiri acara perayaan khitanan keponakan.
Akhirnya saya ceritakan sebuah perjalan dimulai dari Jakarta hingga hingga kealamat yang dia punya.
Apakah dan bagaiman dia bisa menemukan orangtuanya, apakah kegembiraan atau kesediha yang dia dapat? Saya tulis dilain waktu.