Lelaki-Perempuan, Maskulin-Feminis, dan terhadap hadapan pada arah-arah penjuru sekitar. Sudahkah hingga sudahlah berjalan dan terlalui, dari titik ketika sampai pada akhirnya. Terlahir "semua pasti berlalu", sebagai dasar konsep kehidupan. Atas kehidupan yang sang waktu bersama sang ruang, bukan hirau hiruk pikuk jalan kehidupan. Kurang lebih atas jalan kehidupan merekalah mereka berjalan, sang waktu dan sang ruang.
Sekup kecil sebuah kebahagiaan diantara penghuni kehidupan di muka semesta ini. Sebuah perkumpulan atau lebih kurang interaksi sebuah komunikasi mereka, para penghuni kehidupan. Sesederhana seruput ragam teh-kopi, hingga camilan dan menu lain pengisi lambung. Bahagia sudah para penghuni, kepada hampar kemungkinan sang ruang dan sang waktu di kehidupan ini.
Terlepas sebagai individu ataupun kelompok kecil/besar, terdekat/sekitar, dan kesertaan "atau" lainnya. Untuk sebuah jalan semesta yang terhampar sebagai kemungkinan, cukup "menikmati" menjadi sikap siap bersama sang ruang dan sang waktu. Yang untuk mencipta lahirnya bahagia dari penerimaan, atas batas luas hampar semesta yang tak terjangkau. Bukan tak mampu, lebih pada sadar diri atas keterbatasan. Sadar keterbatasan yang setidaknya mengetuk ke sang tiada batas, mengharap limpah berkah hujan dan menari raya menyambutnya. Tidak berkeluh membencana atau menyempitkan umpat keluh kesah.
Yang akhirnya, cukup menikmati kemungkinan pada alunan simfoni semesta, bersama dan oleh sang ruang dan waktu Nya.