Mohon tunggu...
Muhib Albuwaity
Muhib Albuwaity Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Coretan Albuwaity

Menulislah maka kamu ada

Selanjutnya

Tutup

Nature

Cukup Menikmati

14 Juli 2024   00:33 Diperbarui: 13 Agustus 2024   01:02 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Lelaki-Perempuan, Maskulin-Feminis, dan terhadap hadapan pada arah-arah penjuru sekitar. Sudahkah hingga sudahlah berjalan dan terlalui, dari titik ketika sampai pada akhirnya. Terlahir "semua pasti berlalu", sebagai dasar konsep kehidupan. Atas kehidupan yang sang waktu bersama sang ruang, bukan hirau hiruk pikuk jalan kehidupan. Kurang lebih atas jalan kehidupan merekalah mereka berjalan, sang waktu dan sang ruang.

Sekup kecil sebuah kebahagiaan diantara penghuni kehidupan di muka semesta ini. Sebuah perkumpulan atau lebih kurang interaksi sebuah komunikasi mereka, para penghuni kehidupan. Sesederhana seruput ragam teh-kopi, hingga camilan dan menu lain pengisi lambung. Bahagia sudah para penghuni, kepada hampar kemungkinan sang ruang dan sang waktu di kehidupan ini.

Terlepas sebagai individu ataupun kelompok kecil/besar, terdekat/sekitar, dan kesertaan "atau" lainnya. Untuk sebuah jalan semesta yang terhampar sebagai kemungkinan, cukup "menikmati" menjadi sikap siap bersama sang ruang dan sang waktu. Yang untuk mencipta lahirnya bahagia dari penerimaan, atas batas luas hampar semesta yang tak terjangkau. Bukan tak mampu, lebih pada sadar diri atas keterbatasan. Sadar keterbatasan yang setidaknya mengetuk ke sang tiada batas, mengharap limpah berkah hujan dan menari raya menyambutnya. Tidak berkeluh membencana atau menyempitkan umpat keluh kesah.

Masa atau waktu yang tak kenal mundur tak memberikan kesempatan sesederhana kemungkinan untuk sepenuhnya memegang kendali. Seringkali "seiring" atau "seiringan" berupaya membersamai, yang berbalik lurus pula sang waktu berjalan tanpa henti tak mengenal lelah meninggalkan hal-hal yang mengupayakan ragam iringan.

Yang akhirnya, cukup menikmati kemungkinan pada alunan simfoni semesta, bersama dan oleh sang ruang dan waktu Nya. Untuk tidak sekedar lelah hampa jalan panjang, untuk menari ditengah hujan yang tak tahu kapan berhenti. Ya, menikmati semesta kemungkinan tak pasti, cukup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun