Memang dunia serasa berjalan begitu saja, seakan mulai, henti, dan akhir tak dapat tepat kapan titik tolaknya. Yang pasti, itu ada dan disangkal sekalipun berputar penuh perdebatan, dan kurang menjawab untuk sebuah penyangkalan. Banyak pendapat urusan permulaan-memulai, memiliki sisi kandungan kesulitan. Juga pandangan bahwa memulai adalah pengulangan dari awal (nol), benar-benar baru memulai.
Selagi sebuah entitas lahir secara berpasangan, tepian ujungnya memiliki batas kelanjutannya. Dari situlah titik sederhana sebuah mula dan akhir terlahir. Dimana satuan ukur menyertai kelahiran titik tersebut (sebut saja kesadaran atas "batas-keterbatasan). Dan ragam pengalaman fisik dan rasa, bergantian alami keluar-masuk dengan dorongan maupun tanpa pantikan. Kini semua itu mengalami ujian terbesar dengan karya baru di era kemanusiaan modern, teknologi digital dengan ruang maya yang belum berhenti rentang luas dan waktunya.
Apa yang disebut dengan ke-maya-an dunia era digital yang dimaksud, betul-betul menafikan keterbatasan era kemanusiaan sebelumnya. Diantara satu dari banyak hal yang masih tetap, hanya manusia dan alamnya yang tetap berjalan dan berkembang pada sisi-sisi keterikatan keterlahiran dari semesta yang sudah mendahului keberadaan.
Oleh karenanya, soal tentang sebuah permulaan dari rentang ruang dan masa. Kini belum berhenti dan barangkali akan tetap bertahan, pada tentang sebuah permulaan tanpa akhir, dan cukup sebuah kelapangan dan keluangan untuk apresiasi kecil atas upaya kerja keras menghadapi tantangan kesempatan ditengah ruang dan waktu semesta yang terus berjalan.
Wallahualam. Wassalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H