Mohon tunggu...
Alboin Samosir
Alboin Samosir Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Belajar dan Berjuang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lonceng Kematian Gerakan Mahasiswa

17 Juni 2019   21:34 Diperbarui: 17 Juni 2019   22:15 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keempat, kehilangan orientasi gerakan.  Terjebaknya kita dalam glorifikasi masa lalu mengantarkan pola pikir yang monoton. Artinya gerakan mahasiswa hari ini cenderung hanya berpikir menaklukan penguasa, melawan penguasa padahal gerakan mahasiswa tidak hanya tentang itu melainkan gerakan mahasiswa harus mampu mengisi sendi-sendi di masyarakat yang saat ini minim dirasakan.  

Advokasi dan edukasi masyarakat adalah satu hal yang luput dari gerakan mahasiswa. dengan demikian sulit rasanya membangun gerakan komunal. Bahkan, aksi-aksi mahasiswa di jalanan cenderung dinilai politis oleh masyarakat. 

Kelima, minim esensi surplus eksistensi.  Pernah dengar istilah aktivis sosmed ? buat sebagian kalangan mahasiswa yang mengklaim dirinya aktivis memanfaatkan sosial media sebagai sarana menabung eksistensi tanpa pernah berpikir terjun langsung ke masyarakat dan hadir di tengah-tengah mereka untuk mendengarkan keluh kesah mereka. lantas, apa bedanya kita dengan politisi-politisi ?  seharusnya  media sosial menjadi sarana perlawanan kita bukan menjadi tempat berburu eksistensi apalagi menaikkan nilai bergainning. 

Yang terakhir, minim literasi.  Saat terjadi pembakaran buku-buku kiri oleh pihak aparat mereka yang mengklaim dirinya aktivis begitu reaksioner dan tidak terima dengan hal tersebut, seolah-olah kita lah yang paling dirugikan oleh pembakaran tersebut. Joseph Brodsky penerima Nobel Sastra 1987 pernah mengatakan, " membakar buku adalah sebuah kejahatan tetapi ada lagi yang lebih jahat yakni, tidak membaca buku."  

Apabila keenam ahal ini terus dipelihara oleh gerakan- gerakan mahasiswa maka, bukan tak mungkin lonceng kematian tersebut akan semakin nyaring terdengar di telinga kita masing-masing. oleh karena itu, menurut penulis apabila gerakan-gerakan mahasiswa masih ingin hadir dalam sejarah bangsa  ini perlu kiranya kita merefleksikan kembali gerakan-gerakan kita kemudian mentransformasi gerakan kita sehingga kita tidak terjebak dalam aksi-aksi yang konvensional. 

Semoga apa yang saya sampaikan tidak benar adanya, semoga gerakan mahasiswa masih relevan adanya, dan masih nyata m dirasakan masyarakat  manfaatnya. Karena kalau tidak,  kita lah aktor utama yang akan menjadi tukang gali kubur yang akan  memakamkan gerakan mahasiswa dalam kertas sejarah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun