Pada esai kali ini, saya akan membahas tentang hubungan dan peran Indonesia dalam organisasi internasional, khususnya yang bergerak di bidang kesehatan. Apa itu organisasi internasional?Â
Apa saja organisasi-organisasi internasional yang bergerak di bidang kesehatan? Bagaimana hubungan Indonesia dengan organisasi-organisasi kesehatan internasional tersebut?Â
Apa saja peran Indonesia dalam organisasi-organisasi kesehatan internasional tersebut? Manakah yang lebih penting antara kepentingan nasional dan kepentingan internasional? Apakah kerja sama dalam organisasi internasional benar-benar diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan? Mari kita bahas semuanya satu per satu.
Meskipun memiliki tubuh yang sangat kecil, suatu koloni semut mampu bertahan hidup dan mengatasi segala rintangan yang mereka hadapi dengan bekerja sama.Â
Pada tahun 2011 dilakukan suatu penelitian pada semut merah yang menunjukkan bahwa suatu koloni semut merah akan bekerja sama untuk menyatukan badan mereka dan membentuk suatu rakit hidup agar dapat bertahan hidup saat menghadapi banjir.Â
Sama halnya dengan koloni lebah yang saling bekerja sama untuk membentuk struktur sarang lebah yang sangat kompleks dan juga seperti kawanan serigala dan lumba-lumba yang saling berkomunikasi dalam berburu makanan dan menghindari bahaya. Kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan bisa dengan mudah bertahan hidup sendirian.Â
Kita juga perlu saling bekerja sama untuk dapat bertahan hidup, memenuhi kebutuhan dan mengatasi berbagai masalah. Contohnya, kita melakukan proses jual beli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidup masing-masing, kita juga melakukan kegiatan gotong royong saat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit untuk dilakukan sendirian.Â
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku kerja sama selalu melekat pada setiap makhluk hidup. Kerja sama itu dilakukan dengan tujuan untuk bertahan hidup dan memenuhi kebutuhan, serta untuk mengatasi ancaman, bahaya, dan masalah lainnya, seperti masalah kesehatan.
Â
Masalah kesehatan seringkali dipandang sebagai sesuatu yang bersifat pribadi, namun meskipun masalah kesehatan hanya berkaitan dengan kondisi kesehatan seorang individu, masalah kesehatan ini dapat menyebar ke individu lain dan masyarakat umum karena kurangnya kerja sama dengan orang-orang sekitar, sehingga dapat memperburuk masalah kesehatan tersebut.Â
Contohnya ketika seseorang terkena penyakit menular, lalu orang tersebut melakukan komunikasi dan hubungan sosial (kontak fisik) dengan orang lain, maka cepat atau lambat orang-orang yang terlibat di dalamnya juga akan ikut tertular, akan tetapi ada juga orang-orang yang terkena suatu penyakit (Contoh: HIV) dan malah menutup diri karena malu. Selain itu, ada juga kecenderungan gaya hidup orang tua yang diturunkan kepada anaknya, seperti orang tua yang merokok dan memperbolehkan atau bahkan memberikan pengaruh kepada anaknya untuk ikut merokok juga.Â
Contoh lainnya adalah ketika seseorang terkena suatu penyakit berbahaya dengan gejala diare terus menerus, terjadi sakit atau kram perut, dan adanya perubahan warna pada tinja (feses), serta adanya darah saat BAB. Dari gejala-gejala yang tidak unum tersebut, sudah jelas bahwa penyakit ini bukanlah penyakit yang dapat dianggap sepele.Â
Namun, karena budaya "menyepelekan" yang erat di negara kita, Indonesia, seringkali keluarga dari si penderita menganggap hal itu sebagai sesuatu yang biasa saja atau menganggap itu hanya sekedar "masuk angin" dan tidak cepat-cepat membawa si penderita ke dokter, biasanya ada juga alasan yang lain yaitu karena pengobatan ke dokter terlalu mahal dan tidak terjangkau bagi rakyat yang memiliki ekonomi menengah ke bawah.Â
Akhirnya setelah beberapa waktu, penyakit tersebut semakin bertambah parah dan barulah pihak keluarga membawa si penderita ke dokter dan barulah diketahui bahwa si penderita terkena kanker usus besar yang sudah memasuki stadium 4 yang bisa dibilang sudah sangat sulit untuk disembuhkan, karena kanker tersebut telah menyebar dan menyerang organ-organ lain seperti hati dan paru-paru.Â
Penyakit kanker usus besar yang seharusnya dapat ditangani lebih awal ketika masih berupa tumor jinak (polip) menjadi tidak terkendali karena kurangnya kerja sama antarmanusia.Â
Bayangkan jika kejadian tersebut terjadi pada kasus dengan skala yang lebih besar seperti pandemi virus, jika semua negara tidak mau saling bekerja sama, maka kasus pandemi tersebut tidak akan dapat diselesaikan dengan mudah. Semua penyakit dan masalah kesehatan selalu berawal dari suatu masalah kecil yang kemudian disepelekan.Â
Di sinilah kerja sama sangat diperlukan untuk menyelesaikan masalah kesehatan, dengan saling mengingatkan, mendukung, dan memberikan empati terhadap seseorang yang menderita penyakit.Â
Kerja sama untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut harus dimulai dari lingkup yang paling kecil yaitu keluarga, teman, dan masyarakat sekitar, kemudian barulah memasuki lingkup yang lebih besar lagi yaitu negara. Sehingga pada akhirnya kerja sama tersebut akan terus berakar dan berkembang hingga mencakup seluruh dunia.
Kerja sama juga merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan bernegara. Sekitar 2 tahun setelah Perang Dunia I, pada 10 Januari 1920, untuk pertama kalinya didirikan suatu organisasi internasional yang bernama Liga Bangsa Bangsa (LBB) dengan tujuan utama untuk melucuti senjata antarnegara, mencegah peperangan, menyelesaikan pertentangan antarnegara melalui negosisasi dan diplomasi, serta memperbaiki kesejahteraan hidup global.Â
Namun, sayangnya tujuan mulia tersebut tidak terlaksana dengan baik karena pada akhirnya Jerman melakukan penyerangan pada Polandia dan menyebabkan dimulainya Perang Dunia II pada 1 September 1939.Â
Kemudian setelah banyaknya pertumpahan darah yang terjadi, Perang Dunia II berakhir pada 15 Agustus 1945. 2 bulan setelahnya, tepatnya pada 24 Oktober 1945, sebanyak 51 negara bersepakat untuk mendirikan sebuah organisasi internasional yang bernama United Nations atau Perserikaran Bangsa Bangsa (PBB) sebagai pengganti Liga Bangsa Bangsa (LBB) dengan tujuan untuk mencegah terjadinya peperangan di masa mendatang dan untuk mendorong kerja sama internasional, serta diharapkan dapat bekerja dengan lebih efektif daripada pendahulunya, LBB.Â
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) adalah salah satu organisasi internasional yang sangat penting bagi dunia. Organisasi ini berperan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di dunia.Â
PBB menaungi banyak sekali badan-badan khusus yang bekerja pada bidangnya masing-masing untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dunia.Â
Beberapa contoh lembaga tersebut antara lain UNICEF (United Nations Children Fund) yang bertugas untuk menjamin keamanan dan hak-hak anak di dunia, IMF (International Monetary Fund) yang bertugas untuk memberikan pinjaman bagi negara-negara yang membutuhkan, UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization) yang bertugas untuk melindungi situs-situs sejarah dan budaya dunia yang sangat penting bagi pendidikan, WHO (World Health Organization) yang bertugas untuk menciptakan kesehatan bagi masyarakat dunia, dan masih banyak lagi lembaga khusus PBB yang bertugas untuk mengatasi permasalahan dunia di bidang lainnya.
Lalu, bagaimanakah partisipasi negara kita, Indonesia, dalam PBB? Seperti yang kita tahu, salah satu tujuan bangsa Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV adalah untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.Â
Oleh karena itu, 5 tahun setelah menyatakan kemerdekaannya, Indonesia akhirnya memutuskan untuk bergabung menjadi anggota ke-60 PBB pada tanggal 28 September 1950 karena menganggap tujuan PBB sama dengan tujuan bangsa Indonesia yaitu untuk menciptakan perdamaian dunia.Â
Sayangnya pada tanggal 20 Januari 1965, Indonesia memutuskan untuk keluar dari PBB karena tidak setuju dengan keputusan PBB yang mengakui kedaulatan Malaysia.Â
Namun, untungnya Indonesia memutuskan untuk kembali bergabung dengan PBB pada 28 September 1966. Sejak bergabung dengan PBB hingga sekarang ini, banyak sekali peran penting yang sudah dilakukan oleh bangsa Indonesia. Contohnya seperti peran Indonesia dalam mengadakan Konferensi Asia Afrika.Â
Indonesia juga pernah berperan menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB, dan anggota Dewan Ekonomi dan Sosial PBB.Â
Selain itu, Indonesia juga berperan dalam mengirimkan bantuan ke negara-negara yang mengalami kesulitan dan Indonesia juga berusaha membantu menjadi penengah atau mediator bagi negara-negara yang terlibat konflik.
Mari kita kembali membahas tentang salah satu lembaga khusus PBB yang bekerja di bidang kesehatan, yaitu Organisasi Kesehatan Dunia (OKD) atau  World Health Organization (WHO) yang didirikan pada 7 April 1948 dan memiliki kantor pusat di Jenewa, Swiss. Tujuan utama WHO adalah untuk mencapai kesehatan yang paling maksimal bagi seluruh masyarakat dunia.Â
WHO memiliki banyak sekali peran penting terhadap kesehatan masyarakat global. Kegiatan utama yang dilakukan WHO antara lain membangun hubungan kerja sama dengan instansi-instansi kesehatan global, mengadakan dan melakukan penelitian di bidang kesehatan, mengatur dan menetapkan kebijakan atau regulasi di bidang kesehatan, menyediakan dukungan teknologi demi kemajuan kesehatan global, dan mengawasi keadaan kesehatan di seluruh dunia.Â
Sejak berdiri, WHO sudah banyak sekali menghadapi dan mengatasi banyak masalah kesehatan seperti masalah kekurangan gizi di beberapa negara yang dapat menyebabkan stunting atau keadaan gagal tumbuh pada balita. Beberapa masalah yang dihadapi WHO bahkan ada yang sudah sampai berstatus Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD) atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).Â
Dilansir dari wikipedia, KKMMD atau PHEIC adalah sebuah deklarasi yang menyatakan sebuah peristiwa luar biasa yang dapat mengancam kesehatan masyarakat negara lain melalui penyebaran penyakit lintas batas negara yang memerlukan respons internasional yang terkoordinasi, contohnya seperti Flu Babi (H1N1) pada tahun 2009, Polio pada tahun 2014, Zika pada tahun 2016, Ebola pada tahun 2014 dan 2019, dan yang hingga saat esai ini ditulis belum juga dapat terselesaikan, yaitu Pandemi COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona. Selain itu, WHO juga ikut mengawasi dan mengkoordinasi berbagai masalah yang berkaitan dengan kesehatan seperti masalah makanan yang sudah dimodifikasi secara genetika, masalah perubahan iklim dan pemanasan global, aturan tentang penggunaan narkotika, dan masalah keselamatan jalan (road safety).
Sekarang kita akan membahas tentang hubungan kerja sama Indonesia dengan WHO. Contohnya kerja sama Indonesia dengan WHO dalam menekan jumlah orang yang terkena tuberkulosis (TBC) di Indonesia. Seperti yang diketahui, Indonesia menempati urutan kedua setelah India sebagai negara dengan tingkat tuberkulosis tertinggi di dunia. WHO memperkirakan sebanyak 98 ribu orang meninggal akibat TBC di Indonesia pada 2018 dan ada sebanyak 845 ribu orang yang menderita TBC, akan tetapi hanya sekitar 570 ribu orang saja yang berhasil terdeteksi, sebanyak 275 ribu orang sisanya masih belum terjangkau oleh pelayanan TBC nasional. Pendanaan Global (Global Fund) bahkan telah dilakukan oleh WHO untuk Indonesia sejak 2003, tujuannya adalah untuk memperkuat pencegahan terhadap penyakit TBC, meningkatkan pelayanan deteksi dan perawatan, serta untuk mendukung kegiatan  penyuluhan dan meningkatkan kesadaran bagi para pembuat kebijakan untuk lebih memerhatikan penanganan TBC di tingkat pusat, provinsi, hingga daerah di Indonesia. Selain itu, ada juga kerja sama yang dilakukan Indonesia untuk mengatasi masalah yang paling penting pada saat ini, yaitu pandemi COVID-19. Dalam menghadapi pandemi tersebut, negara-negara di seluruh dunia saling melakukan kerja sama untuk dapat mengatasi hal ini, tak terkecuali Indonesia. Indonesia juga turut aktif bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional yang bergerak di bidang kesehatan. Diawali dengan kerja sama Indonesia untuk mendatangkan tambahan peralatan kesehatan, obat-obatan, dan test kit dari berbagai lembaga, instansi, dan organisasi internasional pada saat awal-awal masuknya COVID-19 ke Indonesia dan hingga sekarang kerja sama tersebut masih terus dengan giat dilakukan.
Lalu bagaimana dengan peran Indonesia di organisasi-organisasi kesehatan internasional? Ada banyak sekali peran Indonesia dalam organisasi kesehatan internasional. Contohnya adalah Indonesia yang ikut ambil bagian sebagai salah satu pemrakarsa Foreign Policy and Global Health (FPGH) yang bertujuan untuk menciptakan kondisi penanganan kesehatan global yang lebih baik. Kemudian pada tahun 2003, pada saat wabah flu burung (H5N1) pertama kali terjadi di Indonesia. Tingkat kematian yang mencapai 70 persen menyebabkan WHO mewajibkan Indonesia mengirimkan sample virusnya (sample sharing) kepada WHO dalam bentuk wild virus. Negara-negara yang mengirimkan virus hanya diminta untuk menunggu hasil diagnosis virus yang mereka kirimkan, akan tetapi mereka tidak pernah tahu apa yang dilakukan pada virus-virus tersebut. Setelah mengirim virus strain Indonesia kepada WHO pada 2005, tiba-tiba pada Februari 2007 virus tersebut telah dikembangkan menjadi vaksin oleh Australia tanpa sepengetahuan Indonesia. Pihak Indonesia akhirnya menyadari bahwa ada upaya untuk mengkomersialisasikan virus flu burung. Oleh karena itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada saat itu, yakni Siti Fadillah Supari berusaha untuk mengubah mekanisme pengelolaan virus agar lebih adil dan setara. Kemudian Indonesia menghentikan hubungan kerja sama sample sharing dengan WHO. Sehubungan dengan hal itu, Indonesia dianggap telah melakukan tindakan yang kontroversial karena menghentikan hubungan kerja sama dengan WHO dalam hal analisis virus flu burung (H5N1). Karena tak ingin hal tersebut terulang lagi, maka Indonesia mulai mengusahakan pengesahan beberapa Resolusi pada Sidang Tahunan World Health Assembly (WHA) dari tahun 2007 hingga 2010. Contohnya seperti Resolusi tentang "Pandemic Influenza Preparedness: Sharing of Influenza Viruses and Access to Vaccine and other Benefits" yang bertujuan untuk mengajak dunia internasional dalam membuat sistem sample sharing yang adil dan transparan serta mampu memberikan manfaat bagi negara-negara berkembang tanpa mengurangi rasa hormat negara asal virus tersebut yang telah berperan besar dalam upaya penanganan pandemi. Indonesia pun akhirnya berhasil mengesahkan resolusi tersebut dan ada juga dua resolusi lainnya yang diajukan oleh Pemerintah Republik Indonesia yaitu Resolusi tentang "Improvement of Health Through Safe and Environmentally Sound Waste Management" yang bertujuan untuk meningkatkan pengolahan limbah yang aman bagi manusia dan ramah lingkungan, dan yang terakhir adalah Resolusi tentang "Viral Hepatitis" yang bertujuan untuk mencegah dan mengendalikan penyebaran penyakit hepatitis melalui upaya yang komprehensif dengan disertai pemanfaatan teknologi.
Selain itu, peran Indonesia lainnya yang cukup membanggakan baru-baru ini, yaitu peran Indonesia dalam COVAX atau The COVID-19 Vaccines Global Access Facility. Sejak digaungkannya penemuan vaksin untuk COVID-19, Indonesia selalu berkomitmen untuk mendukung kebijakan vaksin multilateral karena Indonesia ingin menjamin terciptanya kesetaraan pemenuhan vaksin COVID-19 bagi semua negara. Melalui kebijakan vaksin multilateral tersebut, proses pembelian vaksin tidak lagi terjadi antara satu negara dengan satu pihak penjual vaksin (bilateral), tetapi terjadi antara banyak negara dengan beberapa pihak penjual vaksin (multilateral), di mana hal ini dapat menekan harga vaksin menjadi jauh lebih murah jika dibandingkan dengan pembelian vaksin secara bilateral. Dikutip dari perbincangan pada podcast Deddy Corbuzier dengan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, dijelaskan bahwa sistem kebijakan vaksin multilateral ini sama halnya seperti arisan antarnegara. Jadi, semua vaksin dari beberapa pihak penjual vaksin dikumpulkan menjadi satu dalam Covax Facility, yaitu suatu lembaga kerja sama antara The Global Alliance for Vaccines and Immunizations (GAVI), The Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), dan juga World Health Organization (WHO). Kemudian setelah vaksin tersebut berhasil dikumpulkan, setiap negara membayar sesuai kemampuan negara masing-masing dalam pembelian vaksin, di mana negara-negara yang cukup mampu harus membantu negara-negara yang kurang mampu dalam pemenuhan vaksin, metode ini biasa disebut sebagai metode cross subsidy atau metode tambal sulam. Jumlah vaksin yang dikirimkan untuk setiap negara juga sudah disepakati, yakni sebanyak 3 sampai 20 persen jumlah kebutuhan vaksin untuk masing-masing negara. Bahkan untuk negara-negara maju yang sudah memiliki jumlah dosis vaksin melebihi kebutuhan negaranya, akan dilakukan "dose sharing" atau pembagian jumlah dosis yang berlebih untuk negara-negara yang kurang mampu dalam pemenuhan vaksin. Dalam kebijakan vaksin multilateral ini juga terdapat 92 negara yang termasuk ke dalam AMC 92 (Advanced Market Commitment 92) yaitu negara-negara yang memiliki tingkat pendapatan ekonomi menengah ke bawah sehingga berhak memperoleh vaksin COVID-19 sebanyak 20 persen dari jumlah populasi total negaranya, termasuk Indonesia. Sebagai anggota AMC 92, Indonesia mampu mendapatkan vaksin secara gratis. Namun, sebagai bentuk kepedulian Indonesia kepada dunia, Indonesia memutuskan untuk menyumbang dengan tujuan    ikut membantu dan peduli pada kesehatan dunia. Indonesia tidak akan membiarkan ada satu pun negara yang tertinggal dan berkekurangan dalam pemenuhan vaksin, karena Indonesia percaya bahwa masalah pandemi ini tidak bisa diselesaikan sendiri, tetapi perlu adanya kerja sama antarnegara. Tindakan Indonesia ini sangat selaras dengan pepatah dalam bahasa Inggris, "No one is safe until every one is safe". Hasil dari komitmen yang kuat dan penuh semangat dalam mendukung vaksin multilateral, Indonesia akhirnya mampu mendapat suara tertinggi dalam pemilihan co-chairs Covax AMC-EG yang dilakukan secara virtual di kantor WHO Jenewa pada 13 Januari 2021, hal ini membuat Indonesia berhasil terpilih menjadi salah satu ketua (co-chairs) Covax AMC-EG (Advance Market Commitment-Engagement Group). Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, menjadi perwakilan Indonesia yang menduduki jabatan co-chair tersebut bersama dengan dua menteri negara lain yaitu, Menteri Pembangunan Internasional Kanada, Karina Gould, dan Menteri Kesehatan Ethiopia, Lia Tadesse. Terpilihnya Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, sebagai salah satu co-chairs menunjukkan bentuk kepercayaan dunia pada Indonesia untuk bisa ikut berperan dalam organisasi internasional.
Indonesia tak henti-hentinya terus berperan aktif dalam organisasi internasional, khususnya di bidang kesehatan. Tidak ada yang bisa menyelesaikan masalah kesehatan sendirian, tidak ada orang sakit yang mampu menyembuhkan dirinya sendiri, setiap orang yang sakit membutuhkan pertolongan dari orang lain yang masih sehat. Itulah kenapa mengikuti organisasi internasional sangat penting untuk dilakukan dalam menyelesaikan masalah kesehatan global. Tidak ada gunanya kita menyelesaikan masalah di negara kita masing-masing jikalau masalah di negara lain masih belum juga selesai, itu hanya akan menyebabkan hal yang sama yang terjadi pada saat kita meminum antibiotik secara tidak teratur, sehingga masih akan ada beberapa bakteri yang bertahan dan kita harus meminum antibiotik dengan dosis yang lebih tinggi lagi hingga semua bakteri dapat dihilangkan secara penuh, hal ini akan sangat melelahkan dan membuang-buang waktu. Kepentingan nasional memang penting, akan tetapi sebagai bagian dari dunia, kita juga saling terkait dan terhubung dengan negara lain, sehingga harus ada beberapa bagian yang kita juga berikan dan fokuskan untuk dunia. Dalam kata lain, antarnegara tidak boleh saling bersikap egois, ingin menang sendiri, dan mementingkan negara masing-masing, melainkan setiap negara harus saling peduli satu dengan yang lain dan kepedulian itu dapat direalisasikan dengan membuat dan mengikuti organisasi internasional yang disertai dengan kerja sama antarnegara yang kompak, penuh empati, dan tanpa rasa egoisme. Hal ini mirip dengan apa yang disampaikan oleh Nadhira Nuraini Afifa, seorang dokter muda asal Indonesia yang berkesempatan untuk menjadi valedictorian atau commencement speaker di wisuda kelulusan S2-nya dari Harvard T.H. Chan School of Public Health pada 2 Juni 2020, dalam pidatonya Ia mengatakan (sudah diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia), "Kesehatan masyarakat memberi kita hak istimewa untuk menyelamatkan hidup jutaan orang dan meningkatkan kesehatan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Hanya melalui kesehatan masyarakat kita dapat melihat seluruh negara melupakan perbedaan mereka dan mengumpulkan sumber dayanya untuk kepentingan bersama."
Akhir kata, saya akan mengambil peribahasa yang ditulis dalam bahasa Sanskerta:
"Eka Bhuana Jayamahe, Abinaya Jagaddhita."
Yang dalam bahasa Inggris berarti:
"As one we will be victorious, we will thrive and prosper."
#indonesia #internationalorganization #publichealth
Daftar Pustaka:
https://m.dw.com/id/rahasia-prinsip-koordinasi-dan-organisasi-semut/av-42548075 Â
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 00.04 WIB.
https://www.alodokter.com/kanker-usus-besar
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 14.30 WIB.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Liga_Bangsa-Bangsa#:~:text=Liga%20Bangsa%2DBangsa%20(LBB),tepatnya%20pada%2010%20Januari%201920.
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 15.26 WIB.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa#:~:text=PBB%20resmi%20dibentuk%20pada%2024,dari%2046%20negara%20anggota%20lainnya.&text=Sejak%20pendiriannya%2C%20banyak%20kontroversi%2C%20dan%20kritik%20tertuju%20pada%20PBB.
Diakses pada 4 Februari 2021, pukul 23.29 WIB.
https://lifestyle.kontan.co.id/news/daftar-organisasi-di-bawah-naungan-pbb-bukan-cuman-who-dan-unicef?page=all
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 01.29 WIB.
https://sains.kompas.com/read/2020/01/31/183100023/5-darurat-kesehatan-global-yang-diumumkan-who-sebelum-virus-corona?page=all#page2
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 11.41 WIB.
https://www.cfr.org/backgrounder/what-does-world-health-organization-do
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 12.19 WIB.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1134/4/4.%2520Chapter%25202.pdf&ved=2ahUKEwiOwabjgNLuAhUUXn0KHbBcCP4QFjAHegQIARAF&usg=AOvVaw06JqRs5aTkgkGhtO2oZJqP
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 12.26 WIB.
https://kemlu.go.id/portal/id/read/1143/berita/kerja-sama-internasional-untuk-percepatan-penanggulangan-covid-19
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 15.28 WIB.
https://tbfacts.org/tb-statistics/
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 17.36 WIB.
https://www.who.int/publications/m/item/indonesia---a-community-led-advocacy-campaign-to-mobilize-local-funding-for-tuberculosis#:~:text=The%20World%20Health%20Organization%20(WHO,people%20with%20TB)%20unreached%20by
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 17.23 WIB.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://media.neliti.com/media/publications/31908-ID-peran-indonesia-terhadap-isu-kesehatan-global-melalui-forum-foreign-policy-and-g.pdf&ved=2ahUKEwjX6NXOydLuAhUe8XMBHeftBb0QFjAAegQIAhAB&usg=AOvVaw02zpYDvIcXzqNemfJ7Ajn1
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 17.51 WIB.
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5332630/menlu-retno-jadi-co-chair-covax-indonesia-ikut-pimpin-gabungan-vaksin-covid-19
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 16.21 WIB.
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2021/01/14/09284451/komitmen-bantu-kesetaraan-vaksin-covid-19-indonesia-pimpin-covax-amc
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 16.35 WIB.
https://setkab.go.id/en/indonesian-foreign-minister-joins-co-chairs-of-covax-amc-eg/
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 17.08 WIB.
https://www.google.com/amp/s/m.kumparan.com/amp/kumparansains/mengenal-nadhira-afifa-mahasiswi-indonesia-yang-berpidato-di-wisuda-harvard-1tZcaFES7Oe
Diakses pada 5 Februari 2021, pukul 18.49 WIB.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI