Mohon tunggu...
Albertus Ferdyagna Pratama
Albertus Ferdyagna Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bertani dan berternak

Selanjutnya

Tutup

Nature

Wiwitan Merupakan Salah Satu Tradisi Pertanian Berkelanjutan Berbasis Kearifan Lokal

23 September 2024   12:30 Diperbarui: 23 September 2024   14:29 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan tradisi. Di setiap daerah terdapat masing – masing budaya yang memiliki ciri khas dan keunikan antara satu dengan yang lain. Karena keunikan dan keberagaman budaya dan tradisi inilah yang dapat kita pelajari untuk membangun semangat melestarikan budaya dan tradisi di daerah kita sebagai kearifan lokal di Indonesia.

Kearifanlokal merupakan suatu bentuk warisan  budaya  Indonesia. Kearifan lokalterbentuk sebagai proses interaksi  antara  manusia  dengan lingkungannya  dalam  rangka memenuhi  berbagai  kebutuhannya. Proses-proses  terbentuknya  kearifan lokal sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam danlingkungan serta dipengaruhi oleh pandangan, sikap, dan perilaku masyarakatsetempat terhadap alam  dan  lingkungannya.  Kearifan lokal berbeda-beda di setiap daerahdan di  dalamnya  terkandung  berbagai norma  dan  nilai  religius  tertentu. Namun  pada  dasarnya  proses  kearifan lokal berjalan selaras dengan alam.Hal ini  sesuai  dengan  pendapat  Edmund Woga bahwa secarasubstantif, kearifan lokal  berorientasi  pada  keseimbangan dan  harmoni  manusia,  alam,  dan budaya;  kelestarian  dan  keragaman alam  dan  kultur;  konservasi sumber dayaalam dan warisan budaya; penghematan sumber daya yang bernilai ekonomi;moralitas dan spiritualitas.


Petani tentu sebagai pelaku ekonomi di pedesaan dan kelompok yang dapat dikatakan termarginalisasi dalam hal ekonomi tentu tidak tinggal diam dan larut dalam ketidakberdayaan. Berbagai upaya yang dianggap paling rasional meningkatkan ekonomi dalam bidang pertanian dilakukan. Di berbagai  daerah  ditemui  teknologi  pertanian yang cukup  banyak membantu petani dari penyiapan lahan, proses tanam, perawatan dan panen hasil tani. Hingga berbagai upaya  pemasaran  dengan  media online  dan  marketplace  dilakukan  untuk mendongkrak penjualan.  Beberapa  lokasi juga  mengaitkan  pertanian  dengan  wisata hingga  muncul agrowisata. Dari usaha tersebut tentu berdampak positif, akan tetapi dapat dikatakan hasilnya belum terlalu maksimal dilihat masih tingginya petani dalam jerat kemiskinan.


Pada situasi petani harus bertahan hidup di tengah tantangan ekonomi yang menjepit petani dalam ketidakberdayaan, mereka berusaha bangkit dengan kebudayaan dan kepercayaan selain mengandalkan usaha tani melalui teknologi dan teknik bertani. Banyak petani yang masih mempercayai adanya ritual yang lekat dengan kepercayaan/keyakinan sebagai upaya menjaga hasil produksi pertanian. Ritual yang masih dilakukan petani di Jawa khususnya yaitu ritual Wiwitan.




Wiwitan berasal dari kata “wiwit” yang artinya awal, sehingga dapat dikatakan bahwa wiwitan yaitu awal panen padi atau permulaan panen padi. Tradisi wiwitan merupakan salah satu tradisi yang ada di Suku Jawa. Tradisi ini dilakukan setiap panen padi dengan cara membawa ubarampe (perlengkapan) ke sawah. Ubarampe tersebut terdiri dari: nasi megono, daun dhadhap serep, janur, daun othok-othok, kembang, kemenyan, dan wajib (sejumlah uang untuk kelengkapan ritual wiwitan). Petani jawa memiliki kepercayaan bahwa dengan menjalankan tradisi wiwitan maka segala proses mulai dari menanam padi hingga panen akan dilancarkan. Adapun makna dibalik pelaksanaan tradisi wiwitan adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas panen padi yang melimpah. Selain sebagai agenda syukuran dan hiburan. Tradisi Wiwitan mengandung makna filosofi untuk menyelaraskan hubungan antara manusia dan Tuhan atas limpahan kekayaan. Wiwit bisa juga berarti penjaga ketahanan pangan dengan budidaya pengolahan lahan pertanian oleh petani.

Selain itu, tradisi ini juga merupakan bagian dari wujud keselarasan dalam ajaran Islam yaitu Hablum Minallah (hubungan makhluk dengan Allah), Hablum Minannas (hubungan manusia dengan manusia), dan Hablum Minal’alam (hubungan dengan alam sekitar). Menarik kiranya melihat fenomena ritual Wiwit yang masih dilestarikan di tengah krisis ekonomi pedesaan. Berbagai upaya petani  dan pemerintah  meningkatkan perekonomian petani,  ada cara  tersendiri yang dilakukan oleh petani  dengan meyakini ritual tersebut untuk menjaga keamanan dan ketahanan pangannya.

Permasalahanyang dikaji dalam tulisan ini menjelaskan bagaimana tradisi wiwitandiselenggarakan, nilai-nilai dan rasionalitas apa yang melekat pada tradisiWiwit serta perubahan apa yang terjadi pada tradisi Wiwit tersebut. Pertanian  subsisten mayoritas diterapkan oleh petanitradisional dengan komoditas  utama  tanaman  padi  yang masih  menerapkan  tradisi  Wiwit.  Nilai-nilai yang mendasari tradisi Wiwit  yaitu; nilai  religius untuk  menolak bala,mencegah hal-hal  buruk, ucapan terimakasih kepada Ilahi dan bumi; Nilai Ekologi, dengan adanya kepedulian terhadappertanian dan lingkungan; Nilai Sosial dengan adanya sedekah, silaturahmi,saling berbagi dan saling menghormati.  Namun, saat ini terjadi perubahan pada tradisi Wiwit, beberapa anggotamasyarakat mulai tidak konsisten dengan adanya upacara Wiwit, perubahan jenismakanan dan mengurangi jumlah upacara atau ritual yang dilakukan. Ritual Wiwitadalah cara menolak hal-hal yang jahat atau tidak diinginkan, serta carabersyukur kepada Tuhan untuk melindungi padi  dari  hama  dan  penyakit  sehingga  dapat  dipanen  dengan  baik.  Tradisi  Wiwit mengedepankan  kebajikan  yang  bermanfaat  bagi  kehidupan  masyarakat,  seperti  tanggung jawab, menghormati orang lain, toleransi beragama, dancita-cita masyarakat.


Salah satu tatacara Upacara Wiwitan yaitu memetik padi yang telah panen. Sumber foto : kalurahan.bangunjiwo
Salah satu tatacara Upacara Wiwitan yaitu memetik padi yang telah panen. Sumber foto : kalurahan.bangunjiwo


Tatacara Wiwitan diawali dengan doa dan dilanjutkan dengan kegiatan memotong padi bahwa padi tersebut simbol siap panen. Setelah acara selesai biasanya dilanjutkan dengan kegiatan makan bersama atau bisa juga membagikan hasil padi yang telah panen itu kepada masyarakat sekitar.  Dalam Tradisi Wiwitan, padi yang dipetik adalah padi yang akan digunakan sebagai bibit musim tanam pada masa selanjutnya. Kemudian bibit padi yang dipanen itu disimpan di dalam lumbung sebagai persediaan yang akan datang. Tradisi Wiwitan ini diadakan setiap sekali dalam setahun.


Dari segi ekonomi, tradisi wiwitan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi setiap keluarga petani. Karena konsep kerja tradisional ini adalah untuk mendapatkan hasil panen yang melimpah dan mencegah terjadinya hal-hal buruk di lahan, maka proses budidaya padi dapat berjalan dengan lancar.


Sumber : https://www.kompasiana.com/albertuspratama0772/652aac25ee794a140a24bf03/tradisi-wiwitan-sebagai-kearifan-lokal-yang-menjunjung-sistem-pertanian-berkelanjutan


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun