Mohon tunggu...
Albert Tarigan
Albert Tarigan Mohon Tunggu... -

penikmat kopi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Revolusi Twitter?

2 Februari 2011   06:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:58 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

PULUHAN jurnalis cetak, online dan elektronik langsung menyerbu ke depan meja Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sesaat setelah palu diketok oleh Ketua Komisi Pertahanan DPR Mahfuz Siddiq sebagai tanda rapat kerja telah usai pada suatu sore yang mendung, 27 Januari lalu di Jakarta. Purnomo sudah bangkit dari kursi dan memandang ke arah kerumunan jurnalis, siap-siap menjawab pertanyaan.

Seperti layaknya sebuah wawancara doorstop, sesi tanya jawab sore itu juga sedikit gaduh karena para jurnalis saling berdesakan dan berebut bertanya. Tibalah giliran, Anggi Kusumadewi, reporter vivanews.com mengajukan pertanyaan.

“Bagaimana dengan informasi intelijen, walaupun ini belum bisa diverifikasi kebenarannya ya pak, disebarkan melalui social network seperti Twitter atau Facebook seperti itu, karena ada beberapa yang beredar walaupun kita tidak tahu itu benar atau salah. Perlu disikapi atau tidak?”

Purnomo tampaknya tidak menangkap maksud pertanyaan Anggi dan balik bertanya. “Apa ini beredarnya apa?”

“Itu banyak sekali mungkin satu akun Twitter yang itu mungkin setiap hari membicarakan (dipotong Purnomo dengan berkata “betul), itu bagaimana sikapnya pak?”

Sesaat dan sesudah wawancara itu, Anggi menjelaskan, sebenarnya konteks dari pertanyaannya terkait dengan akun Twitter atas nama @benny_israel, yang beberapa hari sebelumnya menyebarkan informasi yang dia sebut-sebut sebagai informasi intelijen. Antara lain mengenai kasus tokoh-tokoh politik terkemuka yang disebutkan berdasarkan inisial mereka dan juga tentang pembunuhan aktivis Hak Asasi Manusia (Alm) Munir.

Anggi menanyakan hal itu, karena kicauan @benny_israel banyak diperbincangkan di Twitter juga diberitakan salah satunya oleh okezone.com.

Purnomo menjawab dengan menguraikan secara panjang lebar megenai bentuk ancaman terhadap sebuah negara yakni berupa ancaman militer dan nonmiliter. Tak lama berselang sesudah wawancara, muncullah berita di detik.com dengan judul “Menhan: Waspadai Ancaman Nonmiliter dari Twitter”

Seperti sebuah reaksi berantai, pembaca detik.com membagi berita itu di jejaring Twitter dan langsung ditanggapi beragam oleh pengguna. Umumnya tanggapan mereka sinis dan menganggap Purnomo kurang pergaulan serta berlebihan. Wakil Ketua DPR Pramono Anung Wibowo -juga pengguna aktif Twitter- mengatakan, menganggap Twitter sebagai ancaman terlalu mengada-ada.

Kritik dan sinisme ini sampai-sampai memaksa Kementerian Pertahanan mengeluarkan klarifikasi sehari sesudahnya.

Jika didengarkan kembali rekaman wawancara, jawaban Purnomo sebenarnya tidak fokus kepada Twitter. Dia secara general menguraikan bentuk-bentuk ancaman terhadap negara dan pada titik mana Kementerian Pertahanan akan berperan dan bagian mana yang jadi porsi kementerian lain. Namun, memang jawabannya multi tafsir dan oleh jurnalis yang berkepentingan mencari lead berita menarik, penjelasan itu bisa direduksi di beberapa bagian sehingga terkesan Purnomo menitikberatkan Twitter sebagai persoalan. Perhatikan kutipan lengkap jawabannya berikut ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun