"Saya kecewa betul sama Polsek Ciputat. Saya telepon tiga kali enggak datang-datang. Sampai saya akhirnya telepon Elshinta."
Begitu kata Prastawaningsih (49), istri Ketua RW 7 Kelurahan Rempoa, Ciputat Timur, Tengerang Selatan saat ditemui di teras rumahnya.
Rumah bercat cokelat di Jalan Garuda Nomor 2 itu masih gelap gulita. "Kami matikan tadi waktu orang FBR datang. Takut diserang. Tapi ternyata masih dilempari juga," katanya dengan suara meninggi.
Usai mengelap keringat dan merapikan jilbab birunya, ia melanjutkan. Pada saat ratusan massa Forum Betawi Rempug, kira-kira pukul 20.00, dengan golok, samurai, bambu dan dan batu merangsek masuk dari arah Jalan Veteran, Prastiwiningsih sedang bermain dengan cucunya di depan televisi di ruang tengah rumah.
Di sana ada juga anak perempuan dan laki-lakinya. Seperti ibu-ibu kebanyakan, mereka menonton sinetron di salah satu televisi swasta. Ibu Ningsih tak ingat judul sinetron yang mereka tonton.
Suasana di rumah tiba-tiba gaduh. Mereka mendengar suara ramai massa FBR yang mulai berbelok ke arah kanan dari Jalan Pahlawan menuju Jalan Garuda. "Ada yang teriak wooiwoiowooi. Rame," katanya.
Ibu Ningsih yang rumahnya tepat terletak nomor 2 dari jalan, di belakang sebuah gudang, beringsut dari ruang televisi menuju teras. "Matikan lampunya...matikan lampunyaaa," teriaknya pada anaknya.
Suaminya, Mahmud, yang sejak dua bulan belakangan menderita sakit gula dan kesulitan berjalan tiba-tiba bangkit dari kamar tidur. Ia melepas sarung dan mengenakan celana pendek hitam dan dengan lancar melangkah ke teras.
"Ini keajaiban. Saya tiba-tiba bisa jalan," kata Mahmud.
Di Jalan Garuda selebar 2 meter itu, Mahmud menyaksikan ratusan orang telah berhadap-hadapan dan bentrokan pecah. Saling lempar batu, botol memukul dengan benda tajam dan tumpul.
"Anak saya yang perempuan sampe ngelempar juga dengan batu. Dan bambu karena rumah kami dilempari," kata Ibu Ningsih melanjutkan.