Baru-baru ini kita dikagetkan oleh keberanian oleh seorang anak SMP yang mengirimkan surat kepada Kedubes Australia, Kedubes Jerman, dan Kedubes Amerika.Â
Apa yang menjadi topik pembahasan anak tersebut? Tontonan Youtube? Bukan, bukan itu semua. Anak kecil itu bersuara tentang SAMPAH. Dia bersuara tentang bagaimana di kampungnya yaitu Gresik menjadi tempat pembuangan sampah negara-negara maju. Dia begitu gusar melihat keadaan lingkungannya yang penuh dengan sampah.Â
Seharusnya, ini menjadi tamparan besar bagi pemerintah yang seolah membiarkan sampah-sampah tersebut masuk ke Indonesia. Sampah impor sebenarnya bukan hanya di Gresik, melainkan sudah ditemukan di beberapa daerah seperti Mojokerto, dan Bekasi. Di Bekasi sendiri diduga bahwa sampah-sampah telah diimpor secara ilegal selama bertahun-tahun.Â
Bahkan baru-baru ini Komisi IV DPR-RI melakukan inspeksi mendadak (sidak) dikawasan Pelabuhan Tanjung Priok. Dan dari sidak tersebut, didapati 70 kontainer, dan akan bertambah lagi sebanyak 1.015 kontainer, dan semuaya itu berisikan SAMPAH IMPOR.Â
Menurut keterangan Dedi Mulyadi salah satu anggota komisi IV DPR-RI, jumlah tambahan itu akan masuk melalui seluruh pelabuhan di Indonesia. Bayangkan, seribu kontainer? Bagaimana bisa seluruh sampah itu bisa lolos masuk indonesia? Apakah ada praktik suap agar mendapatkan ijin?Â
Entahlah.Ini sangat berbanding terbalik dengan yang selama ini digaungkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi yaitu "Revolusi mental" .Bagaimana mungkin kita bisa melakukan revolusi mental, kalau mental kita pun sudah jatuh dengan menjadi tempat pembuangan sampah negara lain.Yang jelas persoalan ini sangat serius dan pemerintah tidak boleh lagi acuh terhadap sampah impor yang terus mengancam masa depan negeri ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H