Salah satu kelebihan pasangan Jokowi-JK, adalah pendukungnya yang sangat beragam (heterogen). Rata-rata pendukung Jokowi melampaui batas agama, suku, status, dan golongan. Berbeda dengan kubu Prabowo-Hatta yang secara umum cenderung homogen.Artinya, di sini sosok Jokowi mampu diterima dan dicintai semua kalangan(inklusif). Jokowi tidak hanya diterima oleh satu atau golongan tertentu saja. Itulah hebatnya Jokowi, dan logikanya Presiden Indonesia haruslah seorang yang mampu untuk mengayomi dan diterima semua kalangan. Tentu akan lebih baik bagi Indonesia, bila presidennyadidukung oleh semua kelompok masyarakat, dan berdiri netral untuk mengedepankan kepentingan nasional di atas kepentingan kelompok.
Namun akibat dukungan lintas batas ini, oleh lawan politik dan sebagian kelompok lainnya, Jokowi dicap sebagai ‘anti Islam’. Padahal kita semua tahu bahwa Jokowi adalah muslim dan pasangannya dalam pilpres kali ini seorangH. Muhammad Jusuf Kalla, adalah seseorang yang keislamannya sudah tak diragukan lagi. Bagaimana tidak? Wong, Jusuf Kalla sendiri adalah Ketua Dewan Masjid! Yang saya pertanyakan, semenjak kapan Jokowi menunjukkansifat permusuhan kepada Islam? Wong Pak Jokowi juga tumbuh dari keluarga muslim kok, dari dulu sampai sekarangya tetap Islam agamanya. Tetapi, kenapa ada saja beberapa kelompok yang masih meragukan dan tak jarang malah membuat fitnah bernada SARA kepada Jokowi?Karena Jokowi, bukan orang yang suka menonjolkan keagamaannya kepada umum, maka fitnah dan tuduhan pun diajukan pada Jokowi.
Perlu anda ingat bahwa Jokowi, bukanlah orang yang suka menggunakan sentimen agama pada waktu ia bekerja. Ia juga tidak pilih-pilih dan memandang berdasarkan suku atau agama dalam mempekerjakan orang. Ia seorang yang objektif dan fair, yang penting baginya adalah kinerja yang baik,demi kepentingan rakyat. Jokowi, tidak pernah menggunakan agamanya sebagai tameng/kedok untuk meraih simpati rakyat, baginya yang penting adalah perbuatan. Dengan perbuatan nyata dan sikap egaliternya, terbukti rakyat merasa nyaman dipimpin seorang Jokowi. Terbukti Jokowi terpilih 2 kali di Solo secara telak,begitupula di Jakarta. Jokowi bukanlah sesorang yang suka memanfaatkan dan menyalahgunakan agama dan ayat suci demi kepentingan dirinya. Ia tidak pernah sekalipun, menyerang pesaingnya dalam pemilu dengan isu-isu tersebut.Ia hanya menawarkan dan menunjukkan pada rakyat apa yang telah ia perbuat selama ini. Apa yang ia sudah lakukan dan di situlah rakyat merasakan adanya harapan.
Justru, lawan politiknyalah yang karena entah merasa kalap dan tidak tahu lagi berbuat apa untuk menang, hobi sekali menyerang Jokowi dengan isu-isu SARA. Hebatnya, Jokowi tidak pernah membalas hal itu. Selayaknya, Pilgub DKI kemarin, Jokowi kembali diserang isu-isu fitnah SARA pada pilpres kali ini, bahkan secara jauh lebih masif lagi. Melihat hal itu semakin gencar, mulai dari beredarnya tabloid obor di pesantren dan masjid, iklan RIP jokowi, dan tuduhan-tuduhan keji lainnya, akhirnya Jokowi angkat bicara. Ia pun menunjukkan bahwa yang selama ini dituduhkanpada dirinya tidaklah benar,Jokowi juga memberi bukti dirinya pernah naik haji bersama-sama dengan keluarganya. Semakin jelaslah, Jokowi seorang muslim, Ia adalah penganut islam yang rahmatan lil alamin, Islam yang mengayomi semua umat, menghargai keragaman, dan mengutamakan kedamaian. Ia memang tak sempurna, maka dari itu, selama ini ia tidak menonjolkan keislaman dirinya untuk kepentingan politik belaka. Ia tak membalas fitnah dengan fitnah, ia lebih memilih membuktikan dengan fakta. Islamnya Jokowi, bukanlah Islam yang sempit , radikal, dan ekstrem. Ia lebih mengedepankan cara-carayang damai dan menjunjungsikap persaudaraan dan perikemanusiaan, tanpa saling hujat-menghujat, teror dan benci-membenci.Sikap seperti inilah yang seharusnya dimiliki dan dilakukan oleh seorang pemimpin, utamanya pemimpin Republik Indonesia yang majemuk, besar, dan kaya akan kenakeragaman ini.
Hal ini tampakdisiratkan Jokowi dalam pemilihan baju dan branding yang ia kenakan, yaitu baju kotak-kotak bersanding bersama Jusuf Kalla, dengan bajuputihnya. Ini menandakan keanekaragaman Indonesia serta merupakan ciri khas bangsa kita yang telah disepakati bersama oleh para pendiri bangsa. Keanekaragaman ini hendaknyadipeliharadan dipertahankan, karena itulah kekuatan kita sebagai suatu Bangsa yang besar. Jokowi dan JK sadar bahwa kebhinnekaaan kita adalah final. Maka baju yang berbeda itulah penggambaran kebhinnekaan yang mewakili semangat persatuan tanpa menafikan perbedaan yang terkandung di dalamnya. Salam damai dan Victory(kemenangaan) untuk Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H