Mohon tunggu...
Alberto Ruyattman
Alberto Ruyattman Mohon Tunggu... -

Seorang yang senang mengamati, beropini, dan menuangkan pemikiran-pemikiran melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jokowi(Mr.Right) vs Siapapun(Mr. Wrong)?

22 Maret 2014   04:07 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:38 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Dari satu tahun menjelang pilpres hingga sekarang berita  tentang Jokowi brtebaran di mana-mana. Bahkan semakin gencar bulan-bulan ini. Beberapa media seperti merdeka, kompas ,detik dll memberitakan Jokowi dengan sangat banyak. Semua hal yang berkaitan dengan Jokowi diberitakan terus. Hal-hal yang tidak penting juga diberitakan. Terlihat, pemberitaan tentang Jokowi kuantitasnya sangat tidak proporsional dengan yang lain. Ada apa dengan media? Kenapa Jokowi diangkat terus dan diberitakan berulang-ulang? Kok kesannya sengaja mempopulerkan Jokowi? Netralitas media-media itu jadi diragukan.Asal tahu saja media sangat ampuh lo untuk membangun opini dan meroketkan seseorang. Ini mau pilpres bung, tolong media beritakan secara berimbang, tidak hanya Jokowi. Bukankah media juga berperan mencerdaskan bangsa ?

Media seperti kompas, yang sudah lama saya kagumi, setahun belakangan ini kok semakin nggak berimbang ya. Pemberitaan mengenai Jokowi terkesan diharuskan ada dan menanamkan kesan Jokowi tidak pernah salah(Mr. Right). Apapun yang Jokowi lakukan secara tidak langsung seolah ‘dibenarkan’ dan tidak mungkin salah Jokowi, namun pihak lain. Pihak lain, baik itu pengamat, dprd, rakyat biasa, politisi, dll bahkan Wagub yang tidak sepaham/mengkritik Jokowi pasti salah,. Seolah-olah yang paling mengerti dan benar hanya Jokowi. Padahal banyak sekali(walau tak semua) argumen/pendapat pengamat/siapapun itu tentang Jokowi dan kebijakannya, sebenarnya masuk akal dan layak dipertimbangkan. Namun, karena berbeda dengan Jokowi, pastilangsung dianggap salah.

Dengan cara memberitakan berita macam begini, Kompas terlihat mengadu Jokowi vs siapapun. Serta membangun/menggiring opini, bahwa siapapun yang tidak sepaham/mengkritik Jokowi(kebenaran) layak dibully, dijadikan musuh, dibenci, dan dianggapkalah pamor, lawan politik. Kompas jangan lupa bahwa Jokowi juga manusia, dan manusiatidak mungkin selamanya benar, Sebaliknya tidak semua pemberi masukan pasti salah. So, kompas dan media lainnya, silahkan beritakan Jokowi, tetapi mohon secara proporsional dan tidak berlebihan. Selama ini, banyak sekali para pengamat, praktisi, ahli dll yang menjadi korban bullyan dan dibenci gara-gara mengutarkan pendapat/ide yang berbeda. Ini tak lepas dari andil Kompas yang mengkondisikan Jokowi (kebenaran) vs pengamat & lainnya(selalu salah). Padahal mereka tak bermaksud menjatuhkan/menjelekkan, mereka berpendapat berdasarkan pendapat mereka dan dari disiplin ilmu mereka masing-masing. Berilah konten yang berimbang, dan mendidik, jangan mengesankan pembenturan pihak satu dan pihak lainnya.

Kita juga tahu bahwa, media juga berperan dalam kestabilan kehidupan politik sosial dan ekonomi bangsa. Yang disayangkan dengan cara pemberitaan yang didominasi satu orang(yang dianggap pasti benar) seperti ini bertentangan dengan semangat demokrasi . Pemberitaan mengenai Jokowi dikesankan selalu baik, kalaupun Jokowi lalai, bukan salah Jokowi. Sebaliknya pemberitaan mengenai tokoh lain, jumlahnya sedikit dan kesannya biasa-biasa saja/dikondisikan buruk. Sehingga pembaca digiring opininya hanya pada satu tokoh itu(Jokowi). Padahal orang yang baik dan bekerja di Indonesia ada banyak. Mereka ini seolah ditenggelamkan, dan dipasang sebagai tokoh minor bahkan antagonis, yang kontra dengan sang kebenaran(jokowi).

Media seharusnya menghidupkan semangat demokrasi yang sehat dalam memberitakan. Pemberitaan yang cenderung memonopoli, pada satu orang(yang dikondisikan selalu benar) ini tak sehat dalam berdemokrasi. Ke depan, media-media termasuk Kompas harus lebih berimbang, setara, netral, sewajarnya dalam mengangkat dan memberitakan tokoh-tokoh. Biar tak ada lagi kesan media bayaran, tim sukses(apapun itu) serta membangun kehidupan berdemokrasi secara sehat di negeri ini. Terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun