Mohon tunggu...
Alberto Ruyattman
Alberto Ruyattman Mohon Tunggu... -

Seorang yang senang mengamati, beropini, dan menuangkan pemikiran-pemikiran melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Prabowo-Jokowi Bersatu? Masih Mungkin!

10 April 2014   19:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:49 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berdasarkan hasil quick count banyak lembaga yang mereka tampilkan, pileg kali ini melahirkan banyak kejutan, sangat dinamis dan menarik untuk kita perhatikan. Bisa kita lihat bahwa tidak ada partai yang benar-benar dominan dari yang lainnya. Persaingan antar partai berlangsung cukup seru dan berimbang. Terbukti, tidak ada partai yang dapat meraih suara hingga 20%.  Kasarannya ada 3 partai yang mampu meraih suara di atas 10 %(2 digit) yaitu PDIP, Golkar, dan Gerindra. PDIP berkisar 19%, Golkar 14%, dan Gerindra 12%.

Peluang koalisi antar partai, baik partai besar maupun menengah sangat memungkinkan dan menentukan. Apalagi jumlah partai tengah cukup berimbang seperti PAN, PKS, NasDem, dan PPP yang bersaing ketat di kisaran 6,5%. Belum lagi, ada Demokrat yang ‘turun kasta’, dan PKB yang melejit. Belum lama ini kita menjadi saksi meningginya tensi antar Parpol ketika Jokowi tiba-tiba dicalonkan menjadi presiden oleh PDIP. Partai Gerindra termasuk yang kontra dan merasa dikhianati oleh keputusan PDIP itu. Perang urat saraf pun saling ditebar keduanya. Lantas, apakah pintu koalisi keduanya benar-benar tertutup?  Gerindra dan PDIP boleh-boleh saja bermusuhan sebelum pileg namun, apakah setelah pileg tetap seperti itu? Belum tentu seperti kelihatannya.  Kita semua tahu, politik ini adalah ranah yang dinamis dan unpredictable. Hasil quick count yang sekarang saja, penuh dengan kejutan, dan jauh berbeda dengan kebanyakan hasil survei beberapa lembaga.  Bisa saja itu hanya sekadar gimmick atau ‘gertak sambal’ sajauntuk melihat respons pasar. Atau lebih ekstremnya, hanya ‘skenario’.

Bila kita bayangkan Prabowo(Gerindra) Jokowi(PDIP) bersatu sebagai capres-cawapres, atau sebaliknya, terlihat duet ini dapat menjadi kekuatan yang sangat menjanjikan(dahsyat). Keduanya merupakan perpaduan militer-sipil, di suatu  sisi merakyat, di sisi lainnya tegas dan berwibawa. Satunya ranah lokal, satunya ranah internasional. Ditunjang pula oleh kejelasan program-program yang telah Prabowo tawarkan, dan basis masa yang besar. Saya melihat Ini saling menguntungkan keduanya, karena selain sama-sama nasionalis, juga saling melengkapi satu dengan lainnya. Senjata lainnya yang tak kalah pentingnya jika mereka berpasangan adalah populeritas/keterkenalan. Populeritas keduanya tak perlu diragukan lagi, cukup untuk meraup banyak suara rakyat. Siapa yang tak kenal Jokowi? Siapa yang tak kenal Prabowo?

Mungkin, ada  juga yang bertanya, “Kenapa nggak Jokowi-Ahok saja diajukan, kan sama-sama PDIP dan Gerindra dan selama ini cukup akur? Menurut saya untuk saat ini, keputusan itu kurang bijak. Sosok Ahok masih sangat dibutuhkan untuk membenahi birokrasi dan masalah-masalah lainnya di DKI. Kalau Jakarta ditinggal keduanya, tentu warga Jakarta bakal menyesal & kecewa berat memilih mereka. Selain itu, bisa-bisa Jakarta semakin amburadul ditinggal keduanya. Perubahan yang mereka lakukan masih butuh waktu lebih lama lagi untuk memberi dampak yang signifikan. Jadi, ini setidaknya win-win solution bagi warga DKI dan Indonesia. Di satu sisi DKI tidak ditelantarkan/ditinggal, di sisi lainnya Indonesia bisa semakin optimis dan kuat ke depannya. Sinergi daerah-pusat pun diharapkan  berjalan lebih baik.

Boleh jadi, bila kedua orang ini(Jokowi-Prabowo/Prabowo-Jokowi) disandingkan , akan besar peluangnya meraih kemenangan telak, dan terlampau susah untuk diimbangi capres-capres lainnya dalam pilpres. Bahkan, tidak susah sepertinya pilpres hanya berlangsung satu putaran saja. Daripada keduanya ngotot sendiri-sendiri ‘saling bunuh’, tapi tidak solid dan mudah rapuh, bisa jadi alternatif ini menjadi pilihan yang tepat, dan patut dipertimbangkan. Toh, dahulunya PDIP dan Gerindra pernah mengusung Mega-Pro(memilih bersama-sama menjadi oposisi). Tentu, sudah ada link dan kecocokan diantara keduanya. Jumlah suara keduanya bila digabungkan akan mencapai minimal 32%, belum lagi ditambah partai-partai agamais, yang menyiratkan merapat seperti PAN dan PPP, total sudah 45% suara  digenggam, dan mungkin partai-partai lainnya lagi.  In the future, everything is possible, who are really knows?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun