Mohon tunggu...
Albert Kandhiwrahaspati
Albert Kandhiwrahaspati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Athenothing

Opini

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang bagi Masyarakat yang Jauh dari Medan Pertempuran

20 Juni 2023   05:10 Diperbarui: 20 Juni 2023   05:14 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Reruntuhan di kota Donesk | Tangkapan layar dari youtube Britannica Politica

"Kota kami dibangunkan pada tanggal 24 Februari 2022 oleh serangan rudal di pagi hari di waktu subuh. Beberapa ledakan terdengar dari arah bandara angkatan udara yang terletak di kota kami, Lutsk. Jaraknya kira-kira 1 km dari rumah saya. Kami tidak dapat tidur dengan tenang di hari-hari berikutnya karena pesawat tempur yang lalu-lalang di malam hari. Seminggu kemudian, serangan kembali datang dan itu yang terakhir sampai saat ini." Cerita Bohdan.

Meskipun Bohdan hidup jauh dari medan pertempuran karena kota tempat ia tinggal berada di dekat perbatasan Polandia, Hidup tak lagi sama baginya.

"Perang ini mengubah hidup kami menjadi lebih buruk."

Seketika perang dimulai, semua orang berbondong-bondong membeli semua bahan makanan dari semua toko yang menjual akibat panic buying pada masa krisis. Meski ketersediaan bahan makanan kembali pulih secara perlahan, hal yang sama tidak terjadi pada gandum yang menjadi makanan pokok mereka.

Hal serupa juga terjadi pada bahan bakar minyak yang dibatasi oleh pihak pemerintah dimana setiap individu diberi batas 50 liter bahan bakar minyak per-minggu. Hal ini terjadi setelah pengeboman depo bahan bakar di kota Volyn pada tanggal 27 Maret 2022.

"Keluarga saya pribadi bingung pada awal invasi Russia dimulai untuk bagaimana cara saya hidup. Keluarga kami memiliki usaha butik kecil yang tentunya kehilangan konsumen pada masa krisis ini. Saat itu, keluarga kami sepenuhnya bergantung pada pembagian jatah makanan oleh pemerintah dan donasi kemanusiaan."

Peristiwa serupa juga terjadi pada bagian Rusia. Lebih tepatnya kota Donesk yang telah dikuasai oleh separatis pro-Rusia sejak tahun 2014. Meskipun mereka sudah terbiasa dengan situasi peperangan, ketika invasi Rusia terhadap Ukraina dimulai pada tanggal 24 Februari 2022 kehidupan menjadi jauh lebih tidak damai dibanding sebelumnya. Serangan udara dan meriam jarak jauh sering membangunkan masyarakat Donesk.

Selain itu, panggilan wajib militer menjadi hal yang perlu dikhawatirkan oleh masyarakat Donesk. Semenjak aneksasi Donesk dan Luhansk kedalam Rusia, pemerintah pusat menyatakan wilayah tersebut dalam kondisi darurat dimana warga pria dapat dipanggil untuk ikut perang dengan ancaman pidana bila menolak.

Perang Rusia-Ukraina adalah lanjutan dari Konflik Separatisme Donesk sejak tahun 2014. Peperangan yang didasari konflik etnis ini telah berlangsung sejak 27 Februari 2022 dan masih berlanjut saat artikel ini ditulis. Tidak ada yang tahu kapan perang ini selesai, namun dapat dipastikan bahwa masyarakat disana tidak mendapat keuntungan dari perang ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun