Mohon tunggu...
Albert Christianto
Albert Christianto Mohon Tunggu... Guru - follow me @albertchristianto13

Ex-marketing English teacher

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Revolusi Kartu Nama

8 Mei 2017   17:48 Diperbarui: 8 Mei 2017   18:01 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

c. Terbuat dari bahan yang mudah rusak (kertas).

d. Butuh biaya yang cukup banyak untuk mencetak kartu nama.

e. Mudah hilang.

Bisa anda bayangkan, jika sebuah perusahaan memiliki 20 orang Sales / Marketing dan masing-masing mendapatkan 4 kotak kartu nama dengan harga per kotak Rp 25 ribu, maka biaya yang harus dikeluarkan:

20 x 4 x 25,000 = 2,000,000 (2 juta).

Terlihat kecil secara nominal untuk 1 orang, namun dapat membantu perusahaan anda terkena kanker (kantong kering) hanya untuk kartu nama.

Di sisi lain, apabila anda atau karyawan anda mengalami kenaikan jabatan, ganti nomer hp, ganti alamat, dll maka dapat dipastikan bahwa anda pasti akan mencetak ulang kartu nama tersebut dan akan memakan biaya lagi. Dan jika ada perubahan-perubahan terhadap informasi di dalam kartu nama anda, apa yang dapat anda lakukan untuk memberi tahu kolega anda mengenai hal tsb? Bisakah kolega anda mendapatkan informasi terkini dari anda mengenai hal tsb secara instant? Pasti jawabannya TIDAK. Anda akan berusaha untuk menghubungi kolega-kolega anda secara manual dan menghabiskan WAKTU anda yang sangat berharga. 

Lalu, apa yang kita butuhkan? Tentunya, sebuah terobosan dimana semua kartu nama tidak berupa secara fisik namun digital. Jaman sudah berubah dan pastinya menuntut kita untuk mengikuti perkembangan jaman dengan pengetahuan tentang teknologi-teknologi terkini. Sampai kapan kita memakai teknologi kuno jika saat ini jaman sudah berkembang dengan sangat pesat? 

Dapat dipastikan bahwa kartu nama konvensional atau tradisional ini akan menjadi sebuah beban yang "tidak terlihat" bagi para pengusaha. 

Di luar sana banyak sekali cuitan-cuitan Go Green atau seruan Tanam Seribu Pohon, namun jika anda tetap memakai cara yang "kuno" ini, bukankah anda juga turut merusak alam kita? So, jika anda seorang pengusaha yang peduli dengan lingkungan untuk generasi muda selanjutnya, saya sarankan untuk segera mencari konsultan web developer yang dapat membantu anda dalam bertindak secara "bijak" dengan beralih ke dunia digital.

LET'S BE WISE TOGETHER.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun