Mohon tunggu...
Albert Chandra
Albert Chandra Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Mercubuana

Albert Chandra Junior - 41522110044, Fakultas Ilmu Komputer, Teknik Informatika, PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB - APOLLO, PROF. DR, M.SI.AK

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Premis Ketaatan Hukum Francis Ivan Nye

30 Mei 2024   21:16 Diperbarui: 30 Mei 2024   21:16 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Francis Ivan Nye adalah seorang kriminolog yang dikenal dengan teori kontrol sosialnya. Nye berpendapat bahwa ketaatan hukum dipengaruhi oleh kekuatan kontrol sosial, yang mencakup empat jenis kontrol: internal, langsung, tidak langsung, dan alternatif. Berikut penjelasan rinci masing-masing jenis kontrol:

  • Kontrol Internal
    Kontrol internal merujuk pada kendali yang berasal dari dalam diri individu. Kontrol ini dibentuk oleh nilai-nilai moral, rasa bersalah, dan kesadaran hukum yang telah tertanam sejak dini melalui pengaruh keluarga dan pendidikan.
    • Nilai-Nilai Moral: Nilai-nilai moral adalah prinsip-prinsip yang mengarahkan individu untuk membedakan antara yang benar dan salah. Nilai-nilai ini sering kali diajarkan oleh orang tua, guru, dan tokoh masyarakat, serta diperkuat melalui agama dan norma budaya. Misalnya, nilai kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab dapat membentuk dasar perilaku individu sehingga mereka cenderung mematuhi hukum.
    • Rasa Bersalah: Rasa bersalah adalah perasaan tidak nyaman yang muncul ketika seseorang melanggar norma atau aturan yang telah mereka internalisasikan. Rasa bersalah ini bertindak sebagai penghambat untuk melakukan perilaku menyimpang. Ketika seseorang mempertimbangkan untuk melanggar hukum, rasa bersalah yang diharapkan muncul dapat mencegah tindakan tersebut.
    • Kesadaran Hukum: Kesadaran hukum adalah pemahaman dan penerimaan individu terhadap pentingnya aturan dan hukum dalam masyarakat. Kesadaran hukum yang tinggi berarti individu memahami konsekuensi dari pelanggaran hukum, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi masyarakat luas. Pendidikan hukum dan informasi tentang konsekuensi hukum dapat meningkatkan kesadaran ini.
  • Kontrol Langsung
    Kontrol langsung merujuk pada kontrol yang berasal dari tindakan langsung pihak lain, seperti hukuman dan penghargaan yang diberikan oleh orang tua, guru, dan pihak berwenang. Kontrol ini melibatkan tindakan segera yang diambil untuk mengarahkan atau mengoreksi perilaku individu.
    • Hukuman: Hukuman adalah konsekuensi negatif yang diberikan kepada individu yang melanggar aturan atau hukum. Hukuman ini dapat bersifat fisik, seperti penahanan atau denda, atau bersifat psikologis, seperti rasa malu atau penyesalan. Hukuman yang konsisten dan proporsional dapat menciptakan rasa takut akan konsekuensi yang mencegah individu dari melakukan tindakan ilegal.
    • Penghargaan: Penghargaan adalah konsekuensi positif yang diberikan kepada individu yang mematuhi aturan atau hukum. Penghargaan ini dapat berupa pujian, penghargaan, atau insentif lainnya. Dengan memberikan penghargaan kepada individu yang berperilaku baik, masyarakat dapat mendorong ketaatan dan memperkuat perilaku yang diinginkan.
  • Kontrol Tidak Langsung
    Kontrol tidak langsung merujuk pada pengaruh yang berasal dari hubungan sosial dan afiliasi, seperti rasa hormat terhadap orang tua dan keinginan untuk mempertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman.
    • Hubungan Sosial: Hubungan sosial yang kuat dengan keluarga, teman, dan komunitas dapat berfungsi sebagai penghalang terhadap perilaku menyimpang. Individu cenderung tidak ingin mengecewakan orang-orang yang penting bagi mereka atau merusak hubungan yang mereka hargai. Misalnya, seorang remaja mungkin menahan diri dari perilaku ilegal karena tidak ingin mengecewakan orang tua mereka atau kehilangan teman.
    • Dukungan Sosial: Dukungan sosial adalah bantuan yang diterima individu dari jaringan sosial mereka. Dukungan ini dapat berupa dukungan emosional, finansial, atau praktis. Kehilangan dukungan sosial, seperti dicap buruk atau dijauhi oleh teman dan keluarga, dapat menjadi konsekuensi yang signifikan dan menghalangi individu dari berperilaku menyimpang.
  • Kontrol Alternatif
    Kontrol alternatif merujuk pada keterlibatan dalam kegiatan yang berharga dan bermakna, seperti pekerjaan, pendidikan, dan kegiatan sosial. Kontrol ini mengurangi waktu dan kesempatan untuk melakukan tindakan ilegal.
    • Keterlibatan dalam Pekerjaan: Memiliki pekerjaan yang stabil dan memuaskan dapat mengurangi kemungkinan individu terlibat dalam perilaku ilegal. Pekerjaan tidak hanya menyediakan pendapatan tetapi juga memberikan rasa tujuan dan pencapaian. Individu yang terlibat dalam pekerjaan cenderung lebih fokus pada tanggung jawab mereka dan kurang memiliki waktu atau dorongan untuk melakukan kejahatan.
    • Pendidikan: Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk perilaku individu. Melalui pendidikan, individu belajar tentang norma sosial, nilai-nilai moral, dan konsekuensi hukum. Pendidikan juga membuka peluang untuk masa depan yang lebih baik, mengurangi insentif untuk terlibat dalam kegiatan ilegal.
    • Kegiatan Sosial dan Komunitas: Partisipasi dalam kegiatan sosial, seperti organisasi komunitas, olahraga, dan kegiatan sukarela, dapat memberikan rasa keterikatan dan identitas positif. Keterlibatan ini membantu individu membangun jaringan sosial yang mendukung dan mengurangi isolasi sosial yang dapat mendorong perilaku menyimpang.

Implementasi Teori Kontrol Sosial dalam Konteks Modern

Dalam konteks modern, implementasi teori kontrol sosial Nye dapat diterapkan untuk mengurangi perilaku menyimpang dan meningkatkan ketaatan hukum. Beberapa langkah praktis yang dapat diambil meliputi:

  • Pendidikan Moral dan Hukum: Menyediakan program pendidikan yang menekankan nilai-nilai moral dan hukum sejak dini di sekolah-sekolah. Ini dapat mencakup kurikulum yang mengajarkan etika, tanggung jawab sosial, dan konsekuensi dari tindakan ilegal.
  • Penegakan Hukum yang Konsisten: Meningkatkan konsistensi dalam penegakan hukum dengan memberikan hukuman yang adil dan proporsional kepada pelanggar hukum. Hal ini menciptakan rasa takut akan konsekuensi yang dapat mencegah perilaku ilegal.
  • Penghargaan untuk Perilaku Baik: Mendorong perilaku yang sesuai dengan memberikan penghargaan kepada individu yang mematuhi hukum dan norma sosial. Ini bisa dalam bentuk penghargaan publik, sertifikat, atau insentif lainnya.
  • Penguatan Hubungan Sosial: Membangun dan memelihara hubungan sosial yang kuat dalam keluarga dan komunitas. Program-program yang mendukung interaksi positif antar anggota keluarga dan komunitas dapat membantu mengurangi isolasi sosial.
  • Fasilitasi Kegiatan Positif: Mendorong keterlibatan dalam kegiatan positif melalui penyediaan fasilitas dan program komunitas yang berfokus pada olahraga, seni, dan kegiatan sukarela. Keterlibatan dalam kegiatan ini dapat memberikan alternatif yang bermakna dan mengurangi peluang untuk perilaku menyimpang.

Dengan memahami dan menerapkan konsep-konsep ini, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung ketaatan hukum dan mengurangi tingkat perilaku ilegal.

 

Implementasi dalam Konteks Korupsi

Korupsi merupakan salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Premis ketaatan hukum Francis Ivan Nye dan teori kontrol sosial Travis Hirschi dapat diterapkan untuk mengurangi korupsi melalui pendekatan yang mencakup penguatan kontrol internal, peningkatan kontrol langsung, memperkuat kontrol tidak langsung, dan mendorong kontrol alternatif. Berikut adalah penjelasan rinci masing-masing pendekatan:

1. Menguatkan Kontrol Internal

Menguatkan kontrol internal melibatkan penanaman nilai-nilai moral dan kesadaran hukum dalam diri individu sejak dini. Hal ini bisa dilakukan melalui:

  • Pendidikan Anti Korupsi:
    • Kurikulum Pendidikan: Pendidikan anti korupsi harus diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Mata pelajaran yang mencakup etika, nilai-nilai moral, dan dampak negatif korupsi harus diajarkan secara komprehensif.
    • Pelatihan dan Seminar: Menyelenggarakan pelatihan dan seminar yang berfokus pada integritas dan etika kerja untuk para pegawai negeri dan swasta. Program ini harus mencakup studi kasus nyata tentang korupsi dan cara menghadapinya.
  • Penanaman Nilai-Nilai Moral:
    • Peran Keluarga: Keluarga sebagai unit dasar masyarakat harus berperan aktif dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak. Orang tua harus menjadi teladan dalam menunjukkan perilaku etis dan jujur dalam kehidupan sehari-hari.
    • Agama dan Budaya: Memanfaatkan pengaruh agama dan budaya dalam masyarakat untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan kejujuran. Pemuka agama dan tokoh masyarakat dapat memainkan peran penting dalam menyebarkan pesan anti korupsi melalui ceramah, khutbah, dan kegiatan kebudayaan.
  • Kesadaran Hukum:
    • Kampanye Publik: Mengadakan kampanye publik yang luas mengenai pentingnya mematuhi hukum dan dampak negatif korupsi terhadap masyarakat. Kampanye ini dapat dilakukan melalui media massa, media sosial, dan kegiatan lapangan seperti seminar dan lokakarya.
    • Pengembangan Modul Pendidikan Hukum: Menyusun modul pendidikan hukum yang mudah dipahami oleh semua kalangan masyarakat, termasuk masyarakat pedesaan. Materi ini harus mencakup pengetahuan dasar tentang hukum, hak dan kewajiban warga negara, serta konsekuensi hukum dari tindakan korupsi.

2. Meningkatkan Kontrol Langsung

Peningkatan kontrol langsung melibatkan penegakan hukum yang tegas dan pemberian sanksi yang jelas terhadap pelaku korupsi. Ini mencakup:

  • Penegakan Hukum yang Tegas:
    • Hukuman Berat: Menetapkan hukuman yang berat dan konsisten bagi pelaku korupsi untuk menciptakan efek jera. Hukuman ini harus mencakup penjara, denda yang signifikan, dan penyitaan aset hasil korupsi.
    • Penguatan Lembaga Penegak Hukum: Memperkuat lembaga penegak hukum seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kepolisian, dan kejaksaan dengan memberikan sumber daya yang memadai, pelatihan berkelanjutan, dan perlindungan dari intervensi politik.
  • Pemberian Sanksi yang Jelas:
    • Transparansi Proses Hukum: Menerapkan proses hukum yang transparan sehingga masyarakat dapat melihat bahwa pelaku korupsi diproses dan dihukum secara adil dan terbuka.
    • Pengumuman Publik: Mengumumkan nama-nama pejabat yang terlibat dalam korupsi beserta hukuman yang dijatuhkan, untuk memberikan pelajaran kepada masyarakat dan mempermalukan pelaku. Ini juga berfungsi sebagai pencegah bagi orang lain yang mungkin mempertimbangkan untuk melakukan korupsi.
  • Pengawasan dan Audit:
    • Audit Reguler: Melakukan audit reguler terhadap penggunaan anggaran oleh lembaga pemerintah dan perusahaan swasta. Audit ini harus dilakukan oleh badan independen yang memiliki reputasi baik untuk memastikan objektivitas dan integritas.
    • Penguatan Sistem Pengawasan Internal: Meningkatkan efektivitas unit pengawasan internal di setiap lembaga pemerintah dan perusahaan untuk mendeteksi dan mencegah praktik korupsi sebelum terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun