Mohon tunggu...
Albert Fidelio Rustanto
Albert Fidelio Rustanto Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar Kolese Kanisius Jakarta

Suka main game, tapi lebih suka sama kamu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Topeng Akademis: Bobroknya Integritas Seorang Professor

25 Agustus 2024   12:50 Diperbarui: 25 Agustus 2024   12:50 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Higher education is not necessarily a guarantee of higher virtue", kutipan dari filsuf Inggris Aldous Huxley yang menunjukan bahwa memiliki pendidikan tinggi tidak secara otomatis menjamin seseorang memiliki kebajikan. Pendidikan tinggi mungkin memberikan pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas, tetapi tidak selalu mengajarkan nilai-nilai etika atau pengembangan karakter yang mendalam. Etika dan moralitas seseorang lebih dipengaruhi oleh pengalaman hidup yang dialami langsung oleh individu, serta konteks sosial masyarakat dibandingkan dengan akademis yang hanya teoritis saja.  

Gelar akademis kini sering dianggap sebagai simbol prestise yang sangat diidamkan, hampir setara dengan jabatan penting dalam masyarakat. Gelar ini bukan hanya memberikan kekuasaan dan perlindungan, tetapi juga akses yang memadai untuk bertindak tanpa takut akan sanksi, berkat status sosial yang melekat. Ironisnya, banyak orang rela melakukan apa saja demi meraihnya, bahkan jika itu berarti mengabaikan integritas. Alhasil, di balik facade gedung-gedung tempat menimba ilmu, sering kali yang tersisa bukanlah sosok terpelajar yang bijaksana, melainkan individu-individu yang rakus dan serakah, tanpa rasa kepuasan.

Menurut laporan Merdeka.com, hingga saat ini, lebih dari enam profesor di Indonesia telah terlibat dalam kasus korupsi, dan jumlahnya terus bertambah. Situasi ini tentu patut menjadi perhatian serius bagi kita semua. Betapa ironisnya, gelar akademik yang seharusnya mencerminkan integritas dan keahlian malah bisa "diperjualbelikan" dan "dibeli" oleh mereka yang tidak layak. 

Praktik menipu dan memanfaatkan orang lain jelas bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran dan profesionalisme yang seharusnya dijunjung tinggi. Apakah ini yang disebut dengan layak dan bersih? Ataukah sekarang nilai-nilai pendidikan mulai bermutasi dan bententangan dengan moralitas?

Seorang profesor kini lebih layak disebut sebagai penari topeng daripada pendidik sejati. Mereka sering kali bersembunyi di balik sebuah "topeng" berupa gelar pendidikan yang tinggi, yang seharusnya mencerminkan kompetensi dan integritas mereka, namun kenyataannya hanya digunakan sebagai alat untuk meraih keuntungan yang lebih besar. 

Di hadapan publik, mereka menampilkan diri dengan kesan bijak dan berintegritas tinggi, seolah-olah mereka adalah teladan moral dan profesionalisme. Namun, di balik penampilan tersebut, tersembunyi wajah penuh keserakahan dan ego yang sebenarnya.

Topeng yang mereka pakai memungkinkan mereka untuk menutupi kepentingan pribadi dan tindakan yang tidak etis, menjadikan citra mereka sebagai akademisi terhormat hanya sebagai ilusi. Tanpa sesosok topeng yang melindungi citra dan wajah mereka dihadapan masyarakat, "tarian" mereka akan tampak seperti tarian pada umumnya, tidak ada estetika dan keunikan tersendiri. 

Ketika lapisan pelindung itu hilang, kebenaran di balik tindakan mereka menjadi jelas, memperlihatkan betapa semu dan rapuhnya penampilan mereka sebagai akademisi yang terhormat. "The mask we wear may vary, but the soul remains the same.", seindah dan setinggi apapun identitas yang ingin mereka tampilkan atau topeng yang ingin mereka gunakan, hal itu tidak akan mengubah fakta bahwa mereka hanyalah sekumpulan manusia yang serakah dan licik, yang hanya peduli pada diri mereka sendiri dan menutup mata terhadap orang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun