Mohon tunggu...
Albert Sony Momot
Albert Sony Momot Mohon Tunggu... Lainnya - saya seorang karyawan swasta dan sebagai Volunteers di gereja sejak tahun 1993 sampai saat ini

Lahir dan besar di kota Sorong_Papua Barat, dalam usia muda saya seorang atlet sepakbola yang merantau ke Jakarta tahun 1990 dan kemudian memutus untuk kuliah S1 Management di Universitas Mercu Buana Jakarta, saat ini saya bekerja sebagai karyawan Swasta, paruh waktu saya digunakan untuk melayani keluarga dan Gereja lokal tempat saya berjemaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relevansi Teori Perkembangan Erik Erikson serta Implikasi dalam Teknik Konseling Kristen pada Usia Dewasa Pertengahan

11 November 2021   18:45 Diperbarui: 11 November 2021   18:51 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I.Pendahuluan.

Guna pelaksanakan sebuah proses Konseling yang maksimal dan tepat sasaran, seorang Konselor harus dapat memahami bahwa manusia pada tahapan usia tertentu memiliki cara pendekatan/teknik dalam penangan atas sutau masalah yang dihadapi.  Memahami manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang tidak sempurna, di dilihat  dari faktor perkembangan,  karena pada saat dilahirkan manusia masih membutuhkan waktu yang paling lama untuk berkembang untuk menemukan kemampuan yang sesungguhnya sebagai manusia,  tidak sama  dengan mahkluk ciptaan Tuhan lainnya  yang mamalia.

Memahami proses penciptaan manusia sesuai  kitab Kejadian 1 : 26-28,   berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." 

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka, kemudian Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Ini menunjukkan bahwa manusia adalah gambar dan rupa Allah yang begitu ajaib, manusia sangat spesial dibanding mamalia lainnya.

Realitas  saat ini  dimana Gereja lebih kecenderungan memikirkan dan menyiapkan  gererasi muda sebagai  pemimpin, pelayan Gereja untuk  mengantikan pelayan-pelayan yang sudah berusia setengah tua dan tua,  orang-orang usia setengah tua dan tua biasanya diberikan pelayanan doa, penerima tamu, dan lain-lain  hal tentunya akan menimbulkan masalah baru dalam Gereja.  Pada bagian lainnya adanya kecenderungan generasi muda terhadap modernisasi, adaptasi terhadap perubahan yang cepat dari teknologi dan informasi, namun banyak nilai-nilai moralitas yang dilanggar ataupun diabaikan.

Tulisan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan kepada Konselor  dalam memberikan Konseling kepada  Konseli  pada tahapan usia dewasa pertengahan 40-65 tahun,  diharapkan Konseli pada usia dewasa  ini dapat tetap memberikan kontribusi yang baik, bermanfaat bagi generasi di bawah dan genearasi diatasnya.

II.Isi

  1. Penerapan teknik-teknik Konseling pada tahapan usia  dewasa  pertengahan (40-65 tahun);
    Seorang Konselor harus memahami dan menerapkan teknik-teknik Konseling pada tahapan usia perkembangan manusia, kesalahan dalam menererapkan teknik Konseling akan menyebabkan tidak maksimalnya Konseling tersebut, Konseli tidak mendapat jawaban yang dibutuhkan, dapat menimbulkan permasalah baru bagi Konseli. Teknik-teknik Konseling yang dapat diterapkan secara umum, adalah : mengajar, evaluasi, menafsirkan, menyelidiki,  bertanya, konfrontasi, membuka diri, menyemangati, merefleksikan dan diam.

    Tidak semua teknik Konseling  dapat diterapkan pada proses Konseling  tahapan usia dewasa pertengahan (usia 40-65 tahun), teknik konseling yang digunakan pada proses ini, adalah :
    A. Teknik Mengajar (Teaching),  
    dalam melaksanakan teknik ini seorang Konselor harus dapat mengajar sesuatu yang baru (new/fresh) dan menarik, dan hal diajarkan dapat diaplikasi dalam kehidupan sehari-hari, apabila  bukan hal  yang baru maka Konseli pada usia  dewasa pertengahan ini  tidak akan menerima, dan akan mengurangi tujuan dari konseling yang dilaksanakan.
    B. Teknik Bertanya  (Questioning),
    teknik ini paling baik dilakukan karena  dalam menjalin relasi dengan konseli, dimana konseli yang telah memiliki pengalaman hidup, maka  pertanyaan yg paling baik adalah pertanyaan terbuka, hindari pertanyaan tertutup  (ya,tidak),  seorang  Konselor harus mengetahui  kapan harus menanyakan topik tertentu dan kapan tidak, dan Konselor harus dapat memimpin jalannya konseling, apabila konseli memberikan penjelasan yang panjang. Bertanya dapat dibatasi pada dua situasi yaitu, apabila : pengumpulan data/informasi konseli sudah lengkap, dan penjelasan konseli tidak ada relevansi dengan topik yang dibicarakan.
    C. Teknik Membukan Diri (Self Disclosing),
    dalam teknik ini Konselor akan menunjukkan kesungguhan Konselor menerima konseli apa adanya termasuk kemampuan dan pengalaman konseli dan  memberikan bantuan kepada konseli untuk memberikan pandangannya.
    D. Teknik Diam(Silence),
    teknik konseling ini sering gagal dilaksanakan oleh konseling pemula,  penekanan dalam teknik ini yakni memberikan penekanan apa yang disampaikan, memberikan waktu jeda/transisi antara topik yang satu dengan topik lainnya dan pada saat mengakhir topik,  waktu diam yang terlalu lama akan menyebabkan sesi konseling tidak produktif sesuai yang diharapkan.

  2. Mengali dan memahami  faktor-fakor Hubungan Sosial yang penting pada usia  dewasa  pertengahan (40-65 tahun);

Richard L. Erikson  salah satu  ahli perkembagan manusia yang mendasari teorinya dari sudut sosial, dengan pendekatannya "Psikososial" atau "Psikohistoris". Erikson  menjelaskan bahwa ada hubungan timbal balik antara pribadi dan kebudayaan sampai orang tersebut menjadi dewasa, ia  menyatakan bahwa perkembangnya manusia dari satu tahapan ke tahapan  berikutnya ditentukan oleh keberhasilannya atau ketidakberhasilannya dalam menempuh tahap sebelumnya. Tiap tahapan dalam  perkembangan manusia memiliki fungsi  tersendiri yang bersifat psikososial, contoh : pada usia bayi tujuan psikososialnya adalah menumbuhkan harapan dan kepercayaan. Kemudian apabila tujuan ini tak tercapai, maka bayi itu akan lebih didominasi sifat penakut.

Pada usia dewasa pertengahan (40-65 tahun) krisis sosial yang terjadi adalah kurang kerendahan hati dan kecenderungan  mementingkan diri sendiri, hubungan sosial yang penting bagi konseli pada tahapan ini adalah bagaimana terjadi pembagian tanggung jawab dalam  rumah tangga dapat berjalan dengan baik,  suami/istri melaksanakan fungsinya dengan baik, anak-anak melaksanakan kewajiban mereka dengan penuh tanggung jawab.

Dalam melaksanakan proses Konseling  pada tahapan  usia dewasa pertengahan ini Konselor harus mememulai mendiskusikan kesukaan/hobi  ataupun keberhasilan dari Konseli,  sangat sulit untuk merubah Konseli terhadap suatu masalah karena cara padangan hidupnya yang sudah berbentuk lama,  namun Konseli harus tetap  fokus pada tujuan konseling yang dilaksanakan dan mampu merumuskan inti permasalah, serta menyetujui ide/saran/langkah-langkah yang akan dilakukan oleh Konseli untuk perbaikan.  Pemilihan tempat pelaksanaan proses konseling juga merupakan hal penting, misalnya proses konseling dilaksanakan sambil melaksanakan hobi dari konseli (bersepeda bersama , bermain golf, naik gunung atau mancing).

III.Kesimpulan

  1. Dengan memahami dan menerapkan teknik-teknik Konseling kepada pada Konseli tahapan usia dewasa  pertengahan (40-65 tahun);  maka akan membantu seorang Konselor dalam melaksanakan proses Konseling dan tujuan yang diinginkan tercapai.

  2. Seorang Konselor dalam melaksanakan proses Konseling terhadap seorang Konseli ptahapan usia dewasa pertengahan,  harus memilik kemampuan (skill) dan seni dalam mendengar dan kapan berbicara pada waktu dan saat yang tepat, Konseli harus mengupayakan untuk memberikan ruang yang luas bagi Konseli guna menjawab permasalahannya dan langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut, dalam hal ini Konseli harus  sabar mendengarkan dan menyetujui hal-hal yang disampaikan Konseli untuk penyelesaian masalahnya.  

IV.Daftar pustaka

Atkinson, R. L., Atkinson , R. C., Hilgard, E. R., Dharma, A., & Adryanto , M. (1983). Pengantar Psikologi I Edisi Kedelapan. San Diego: Erlangga.

Kathryn, S. D. (2021, Oktober). Teknik Konseling. STTBI Petamburan Jakarta. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: STTBI Petamburan Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun