Mohon tunggu...
Tony albi
Tony albi Mohon Tunggu... Freelancer - berniat baik dan lakukan saja

tulis aja

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jokowi Dimata Saya

21 Oktober 2024   19:58 Diperbarui: 21 Oktober 2024   20:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ini pendapat saya ( subjektif ), jika ada pandangan lain tentang sosok ini, silahkan saja, agar kita melihat sosok ini dalam perspektif lebih luas. Saya tidak kenal beliau secara personal karena saya sebagai masyarakat awam yang jauh dari pejabat publik. Dan juga saya baru menbikuti pemilu sejak tahun 2014, sekalipun secara aturan saya sudah memenuhi syarat ikut pemilu, juga saya sevabagi diaspora hanya bisa engikuti perkembangan tanah air melalui media massa.  

Saya memilih beliau ( Jokowi ) dalam pemilu 2014, alasannya sangat sederhana, bahwa beliau hanya masyarakat kebanyakan bukan petinggi partai politik  apalagi pemilik partai ( darah biru politik ), sekalipun saya sangat tidak respek terhadap Jusuf Kalla ( sebagai wapresnya ) saat itu. Beliau sebagai masyarakat kebanyakan bisa menduduki jabatan tertinggi di repubik ini, artinya bisa menjadi sebagai roll model untuk kita semua rakyat kebanyakan, bahwasannya republik ini adalah kita ( masyarakat ) sebagai pemiliknya, bukan para ketua/pemilik partai politik ( yang merasa bisa mengatur negara ini ).

Seiring berjalannya waktu, pemerintahan Jokowi hanyabisa membangun infrastuktur, yang notabenenya dibantu oleh orang yang sangat mumpuni, yaitu Basuki H ( menteri PUPR ) dan memang sudah seharusnya pemerintah ( siapapun Presisdennya ) harus terus membangun inffrastuktur, bukankah infrastuktur merupakan agar "aliran darah" ekonomi mengalir keseluruh negeri.

Pada periode keduanya, saya sebenarnya mulai enggan untuk memilihnya tapi yang menjadi lawan politiknya kembali Prabowo, maaf saya tidak akan memilih Prabowo, karena dalam tahun 1998 ( mungkin anda mengalaminya juga ), akhirnya saya memilih beliau lagi. Tapi dalam periodenya beliau  tahun 2019-2024, sepertinya tindakan beliau semakin jauh panggang dari api, apalagi yang disebut membangun bangsa, ada beberapa indikasi bahwa beliau tidak mampu sebagai seorang Presiden ;

pertama : dia tidak mampu membenahi pendidikan dinegeri ini

kedua : apapun alasan pembenarannya, dia tidak mampu membangun ketahan pangan negeri. Bagaimana mungkin negeri agraris dan maritim begitu luas, tidak mampu membangun ketahanan pangan sendiri ?, ini sangat memalukan.

ketiga : dengan anak sulungnya ( gibran ) didorong menjadi pejabat publik ( walikota ) saat dia masih menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia, ini sangat merusak karena mengembalikan, nepotisme ( yang pernah kita koreksi saat reformasi 1998 ).

Keempat : bagaimana orang yang dibesarkan dalam rumahnya, dia dengan tenangnya membakar rumah/orang tua yang pernah membesarkannya ( ini sungguh biadab, seekor harimaupun tidak pernah memakan anaknya ).

kelima : lebih parah lagi, dia berlatar belakang sipil yang merusak dan membunuh demokrasi di negeri ini ( demokrasi dibunuh oelh orang yang mengaku demokratis itu sendiri ).

Sebagai pejabat publik, dia ( jokowi ) tidak mampu menarasikan mimpi seluruh rakyat akan negara berkadilan dan sejahtera, masih begitu banyak hal yang pondasinyapun tidak mampu dia benahi. Setiap ditanya tentang berbagai hal, dia menjawab sangat normatif dan terlebih parah dia jawab, "yo ndak tahu, kok tanya saya", mendengar itu sangat memalukan sebagai pejabat tertinggi dinegeri ini. akhirnya, saya ingin katakan, anda tidak layak sebagai seorang pemimpin apalagi Presiden Republik Indonesia ( tapi sudah menjadi catatan sejarah, biarlah menjadi pelajaran besar buat bangsa ini kedepannya ).

Ini hanya opini dan sbjektif, jika anda punya pendapat lain silahkan saja, sebagai negara demokrasi, semua boleh berpendapat tidak harus takut karena sejatinya negara ini, kitalah ( masyarakat Indonesia ) sebagai pemiliknya.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun