Demokrasi, sebuah sistem bernegara, juga bukan sistem terbaik karena masih banyak perdebatan tentang demokrasi itu sendiri seiring dinamika masyarakatnya. Tapi sistem demokrasi konstitusilah berdasarkan pancasila yang disepakati menjadi acuan negara kita dalam menjalankan pemerintahannya.
Demokrasi dalam format one man one vote itulah diadakannya pemilu. Pemilu hanya sarana menyalurkan dan menghimpun beragamnya suara hak individu- individu guna menentukan wakil wakilnya dalam legislatif untuk menyuarakan kehendak individu-individu tersebut.
Keberagaman suara hak individu-individu dengan tujuan mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bersama, itulah yang dimaknai sebagai kedaulatan rakyat, sejatinya begitu demokrasi.
Terlepas definisinya demokrasi dalam berbagai literatur ilmiah, pendek kata demokrasi adalah kepentingan, apa, siapa mendapat apa dari kepentingan itu.
Kampanye
Usaha dan tindakan untuk mendapatkan dukungan berkaitan dengan kepentingannya baik oleh perorangan, kelompok atau lembaga itulah kampanye.
Kaitan dengan pilpres dan pileg sekarang ini, kampanye diharapkan menarasikan ide, gagasan dan program yang senada dengan suara-suara ( aspirasi ) yang ada di masyarakat agar rakyat mendukung keterpilihannya.
Pilpres ini rematch 2014 hanya sedikit berbeda karena bersamaan dengan pileg. Tapi kemasan dan narasi kampanyenya sama saja seperti pada pilpres 2014 bahkan lebih mengaduk aduk emosi publik.
Narasi-narasi kampanye dengan identitas sempit yang dibangun oleh para politisi, " jika tidak bersama kami, anda adalah lawan", dampaknya mempertegas pembelahan di masyarakat semakin dalam. Pertanyaanya, demi kepentingan siapa narasi sempit juga dangkal, dalam kampanye oleh para politisi itu ?
Atas nama elektabilitas dan akseptabilitas, setiap hari ruang publik kita penuh dengan hoax, agitasi, saling ejek, alasan pembenaran, pembelaan dan saling lapor, begitu yang kita rasakan akhir-akhir ini.
Kampanye yg nirsubtansi membuat kita sebagai pemilik kedaulatan di negeri majemuk ini menjadi spiritnya. Panggung pesta demokrasi diisi oleh sensasi-sensasi kampanye, inikah cara dan laku berdemokrasi di negeri kita?
Ini bukan tulisan pesimis tentang pemilu, demokrasi apalagi ajakan golput, hanya pertanyaanya, siapa yang diuntungkan dengan militansi kita dalam pesta demokrasi yang bernama pemilu ini, anda, saya, atau para elit politik?