Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Disiplin Diri: Investor Terbaik

30 Januari 2025   19:11 Diperbarui: 30 Januari 2025   19:11 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
by. Charlesdeluvio / unsplash.com

Sang Investor

Sering kali kita membayangkan investor sebagai sosok dengan setelan jas rapi, duduk di balik meja kayu mahoni, sembari meneliti angka-angka di layar komputer. Namun, ada satu investor yang lebih hebat dari semua itu. 

Sang Investor itu tak punya saham di Wall Street, tak berurusan dengan obligasi atau pasar forex, tapi keuntungannya luar biasa besar. Siapa dia? Disiplin diri.

Tulisan ini berangkat dari kegelisahan pada diri sendiri yang berjuang terus mendisiplikan diri. Ya, berlomba dengan diri sendiri saban harinya. Selamat menikmati poin-poin sederhana tentang sang Investor terbaik itu. Sekali lagi, disiplin diri. 

1. Menanam, Menunggu, dan Memanen

Investasi sejati bukan soal cepat kaya. Sama seperti petani yang menanam padi, kita harus sabar menunggu sebelum menuai hasil. 

Disiplin diri adalah benih yang kita tanam dalam keseharian. Ia butuh perawatan, perlu disiram dengan kebiasaan baik, dijaga dari hama kemalasan, dan dipupuk dengan tekad. 

Jangan harap panen berlimpah kalau tiap hari malas menyiram sawah kehidupan kita sendiri. Selain nanam, nyiram adalah lanjutan disiplin diri. Demikianlah analoginya, menunantaskan satu pekerjaan dan melanjutkan ke tahap pengerjaan berikutnya lebih baik. 

Orang yang berinvestasi pada disiplin diri mungkin tak langsung melihat hasilnya. Tapi, ketika buahnya mulai muncul, ia akan berterima kasih pada dirinya sendiri di masa lalu yang telah bersusah payah menanam kebiasaan baik.

2. Menolak Jebakan Mie Instan Kehidupan

Dalam dunia serba cepat ini, siapa yang tak tergoda oleh kemudahan? Makanan instan, jawaban instan, sukses instan. Tapi, seperti mie instan yang terlalu sering dikonsumsi bisa merusak kesehatan, kebiasaan instan juga bisa merusak masa depan.

Disiplin diri menuntut kita untuk menunda kesenangan sesaat demi kebahagiaan jangka panjang. Mau jadi penulis hebat? Ya, harus rutin menulis, bukan menunggu inspirasi datang sambil rebahan. 

Mau tubuh sehat? Ya, harus rajin olahraga, bukan mengandalkan rempah-rempah mitos dari video viral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun