Hey Kompasiana, Udah OTW Ke- 17 Anniversary Aja

Ketika jemariku hanya mencoba-coba, meraba-raba, lalu menari-nari di dinding jemari yang basah oleh hangat tinta dari pena malam-malam dingin. Perjalanan ini penuh suka duka bak pernikahan panjang menuju "abadi"nya. 

Dear Kompasiana

Hey Kompasiana, hari ini kembali berulang tahun. Surat singkat ini hanya sebuah hadiah sederhana. 

Tapi percayalah ini istimewa, bukankah kata-kata yang dituliskan dengan itu something special? Inilah surat sederhana itu lagi istimewa. 

Baca juga: Menulis dan Kesenian "Kata" yang "Bernyawa"

Surat berisikan catatan-catatan kecil tentang "pernikahan" yang usianya masih muda bersama kompasiana. Surat ini bisa juga disebut sebagai serpihan catatan seorang penulis yang sedang turut bergembira melihat kompasiana masih ada hingga hari ini. 

Sebelumnya, Happy Anniversary ke 16 bersama jutaan Kompasianer lainnya

Selamat untuk kompasiana ketika ditahun 2022 lalu mengoleksi kompasianer (penulis) OTW 3 jutaan. Tentu di tahun 2024 ini setidaknya tembus diangka 4 jutaan. 

Menjadi bagian dari kompasiana alias menjadi kompasianer. Bagi masing-masing memiliki cerita tersendiri, ada yang sudah belasan tahun bersama, 1o tahunan bahka ada yang masih belia dengan usia 2 tahun bersama. 

Setiap penulis pasti memiliki suka duka tersendiri. Ada yang kejiptratan rezeki bonus dari kompasiana, ada juga yang baru saja memulai dan sebuah awal tentu masih menanam benih. Sabar dan waktu akan menjawabnya. 

Penulis dan Rumah besarnya 

Baca juga: Mimpi tentang Sejuta Perpustakaan untuk Negeri

Aku teringan tepat di akhir tahun 2022 lalu memutuskan untuk menjalin hubungan "mesrah" dengan kompasiana. Menjadi penulis pemula kala itu yang sebelumnya belum memiliki rumah untuk menulis saban hari. Penulis lepas dan dibayar seadanya oleh berbagai majalah cetak sejak tahun 2016. 

Baca juga: Menulislah dan Hidup untuk Peradaban

Begitulah seorang penulis, tidak boleh mengeluh soal uang karena faktanya menarik minat orang kembali membaca atau tertarik membaca bukanlah hal mudah. Ini pekerjaan rumah kita bersama di rumaha besar yang kita tidak perlu menyebutnya negara konoha. Rumah besar itu Indonesia. 

Kompasiana hadir, menjadi salah satu taman bagi rumah besar kita. Indonesia memerlukan banyak taman untuk sebuah peradaban alam literasi yang kian menyehatkan. 

Akhirnya, Kompasiana tumbuh bermekaran