Malam dini hari ini mata sulit terpejamkan dikarenakan gelisah hati belum menggoreskan apapun akan satu peristiwa maha dahsyat yang pernah terjadi di muka bumi ini. YA, tentang kelahiran Ssang Pembebas Kebodonhan.Â
Mari kita urai cerita tentang sang pembebas kebodohan. Alias kejahiliahan berikut adalah sosok yang sangat merindukan ummatnya hingga akhir zaman.Â
Lahirnya Sang Pembebas KebodohanÂ
Arab dengan era jahiliyahnya alias kebodohan merajalela, maap nih ya mungkin sama dengan era demokrasi negara dengan praktik korupsi dan politik dinasti gila-gilaan di negara konoha saat ini. Tebakan aja jangan baper plisss.Â
Kembali kepembahasan! Sang pembebas itu Adalah Nabi Muhammad SAW. 12 Rabiul Awwal lahirlah sang tercinta itu. Menurut riwayat api kaum majusi tiba-tiba padam, banyak penampakan tentang langit dan bumi yang seolah terilhami oleh "cahaya" terang.Â
Ada baiknya bagi para pembaca budiman bisa langsung membaca sebuah buku tentang kelahiran Nabi Muhammad SAW dibuku Siroh Nabawiyah karya penulis kenamaan sekaligus ulama produktif menulis asal India beliau dikenal dengan nama Syaifurrahman al- Mubarakfuri.Â
Dalam buku diatas menceritakan betapa mengagumkan kelahiran Nabi terakhir juga penutup para nabi. Lahir di Jazirah arab dimana zaman jahiliyah berlangsung, peradaban kejahatan lagi kebodohan sekaligus.Â
Datang dengan membebaskan
Mata saya dini hari kali ini sama sekali tidak ingin terpejam. Baiklah, sembari menahan rindu kepada baginda Nabi Muhammad SAW maka menuliskan dengan tuntas tentang ini adalah satu-satunya pilihan.Â
Sudah kita urai sedikit tentang kelahiranya, mari kita telisik lebih jauh bagaimana sang pemebas itu hadir ditengah kejahiliyahan. Singkatnya, ketika memasuki usia kenabian di usia umur 40 tahun wahyu atau perintah Quran yang pertama kali turun adalah IQRO!
Mengejutkan bukan kala jahiliyah, kemusyrikan, judi, pelacuran, hingga pembunuhan terhadap anak kandung perempuan adalah kewajaran. Kenapa bukan membasmi ini dulu tapi Malah Allah perintahkan kemudian termaktub jelas dalam Quran adalah perintah membaca yang pertama dan utama.Â
Bahkan saat perintah Iqro alias membaca dengan kaidah bahasa arab diartikan bacalah (kalimat perintah). Nabi SAW saat itu gemetar karena sosok mulia ini belum tau membaca akhirnya usaha keras dan cucuran keringat melalui mentor terbaiknya malaikat Jibril. Akhirnya mampu menerima wahyu pertama itu, IQRO!
Peristiwa di atas mengajak kita semu merefleksikannya bersama. Bahwa dahsyatnya membaca maka akan mencerahkan dan terjadilah pembebasn kebodohan. Sang pembebas kebodohan itu sosok sejati yang ternyata sangat merindukan kita semua ummatnya.Â
Pulang dengan kerinduanÂ
Saudara-saudara, siapa yang menyembah Muhammad SAW, maka sesungghnya Muhammad SAW telah wafat. Siapa yang menyembah Allah SWT maka sesungguhnya Allah SWT maha hidup tak pernah mati
(Abu Bakar As Siddiq RA)
Setelah menerima wahyu, berdakwah 10 tahun di Mekkah secara diam-diam lalu terang-terangan di periode Madinah selama 3 tahun, kembali lagi ke Mekah dengan pristiwa Fathul Makkah atau pembebasan kota mekah. Baginda Nabis SAW tercinta itu harus pergi. WAFAT!
Ummar bin Khattab RA berang dan marah. Beliau tidak menerima peristiwa ini kenapa sosok luar biasa dengan akhlak dan cintanya kepada ummatnya harus pergi. Lalu Abubakar RA tegas kepada sosok sahabat tegas itu mengingatkan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia yang telah wafat.Â
Nabi Muhammad SAW pulang di usia 63 tahun. Tapi satu peristiwa yang tak terlupakan Oleh kita umatnya. Baginda SAW tercinta ini wafat tidak memanggil anak dan istri kesayangan dipenghujung sakaratul maut. Tidak sama sekali.Â
Nabi Muhammad SAW justru hatinya terpatri dan memanggil umatnya 3 kali. na. Sebuah kepulangan dengan kerinduan dan kecintaan besar kepada umatnya.Â
Kerinduan itu pun berbalut cintaÂ
Kita umatnya dipanggil tiga kali dipenghujung hayatnya. Tahukah kita semua bahwa Nabi Muhammad SAW kelak di Padang Masyhar karena kita umatnya membuat Baginda tercinta kerepotan.Â
Nabi Muhammad SAW akan berlarian di telaga al-kautsar mencari-cari umatnya dan memberi minum umatnya yang kehausan. Sosok mulia ini tidak hanya mencintai kita umatnya tapi ada palung rindu terluhur. Pertantanyaannya, adakah kita juga merindu kembali? Jawablah dihati kita masing-masing!
ar, Rabiul Awwal 1445 H
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H