Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Editor, Writer and Founder of Books For Santri (Khujjatul Islam Boarding School)

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Kemerdekaan Kita

17 Agustus 2023   23:17 Diperbarui: 17 Agustus 2023   23:18 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Azra Albar Fam Dok.

Seusai ngobrol dan mengatur banyak strategi bareng orang terdekat. Memikirkan ulang betapa komunikasi sepenting itu bahkan sangat power full untuk menabrak dinding apa saja. Tentu komunikasi yang dilanjutkan dengan aksi strategi  matang. 

Nah saya mencoba menarik masalah hanya untuk sebuah hubungan atau semacam relasi antar dua orang yang bertaut hati dibawa ke masalah besar negri ini. Saya memiliki satu cara melihat bahwa bangsa kita ini terlalu besar namun terlalu ciut keberaniannya hanya untuk sekedar saling ngobrol satu sama lain. 

Saya hampir sewindu lamanya menempuh pendidikan formil ditambah terjun sebagai praktisi pendidikan di kota Jogja. Kota tempat saya tumbuh sebagai pelajar, juga sesekali nyanti alias jadi santri kalong, saban hari menulis, juga sesekali melukis di kanvas yang berukuran kecil 20x25 cm. 

Baca juga: Cita-Cita

Malam biasanya ke angkringan hanya sekedar ngobrol sama bapak angkringan. Dan yang membuat saya kaget, terkadang pandangan mereka itu sejalan dengan Plato, Aristotel dan filsuf lainnya yang saya temukan di "Alam Pikir Yunani" karya Hatta tahun 50-an itu. 

Ternyata dengan ngobrol alias berkomunikasi saya menemukan cakrawala baru. Dan terpingka kaget sekaligus terkesima. 

Fenomena di atas mengajarkan saya bahwa komunikasi antar sesama begitu pentingnya. Sekaligus membuka pengamatan liar saya pada fenomena politik mendekati capres 2024 ini memberi ketakutan besar bahwa ngobrolnya malah akan jadi narasi benci. 

Jika demikian adanya maka perlu kita refleksikan ulang apa benar kita sudah merdeka? Kemiskinan merajalelal bahkan akan menyentuh 30 juta penduduk miskin, apa benar sudah merdeka? Ayo obrolin, tatap muka yuk satu sama lain. 

Sekarang tidak perlu menyalahkan siapapun. Mau tidak kita semua saling ngobrol. Anak mudanya mau tidak berusaha lebih keras dibidang garapannya lalu sempatkan waktu untuk ngobrol masalah yang lebih besar? 

Yang gemar menulis, beranikah diri ini mencoba membaca masalah lebih dalam lagi luas untuk melihat solusi demi solusi terbaik? Jika tidak maka saya adalah bagian dari pecundang negri ini. 

Kemerdekaan yang hari ini tengah kita rayakan bukankah akan meyirat makna yang sia-sia saja? Owh sangat disayangkan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun