Berdiskusi dan berbicara soal kopi selalunya soal rasa. Kali ini kita tilik alias lihat secara jeli. Adakah keterkaitan antara kopi dan psikologi.
Kopi dan manusia memiliki keterkaitan erat ternayata. Tapi sebelum membahas keterkaitan psikologis kopi dengan manusia. Ada baiknya kita renungi terlebih dahulu tentang filosofi kebun kopi.
Di kebun kopi tidak diharuskan hanya tanaman kopi. Kopi bisa tumbuh dengan tanaman apapun dengan ketinggian tertentu. Kopi menjalar bahkan bisa hidup di hutan bersama pepohon yang rindang. Inilah kopi yang mengajarkan sifat tidak egois. Tidak seperti manusia kebanyakan masih saja egois tidak bisa hidup dengan manusia lainnya.
Tidak hanya itu, kopi dan peminumnya ternyata memiliki dampak pada kepribadian. Robert Thurston dalam bukunya yang menulis tentang coffee menyebutkan, peminum kopi memiliki kecendrungan karakteristik kepribadian terbuka pada pengalaman baru, sering kali menaruh perhatian pada minat yang luas serta rasa ingin tahu yang besar, tentunya cendrung ekstrovet alias mudah bergaul dengan ragam manusia.
Bisa saja kopi membuat seseorang terbuka dan tidak egois. Jikalah disadari bahwa kopi banyak memberi manfaat tidak hanya secara santis dengan segala kandungannya. Tapi secara kesadaran hati memberi satu kepribadian baru yang lebih baik.
Dengan blak-blakan Alisson Smith di bukunya Coffe and Personality menyatakan orang yang minum kopi hitam tanpa tambahan gula atau susu yang manis itu cendrung memiliki keprinadian mandiri, tegas, serta tidak ragu mengambil resiko tinggi.
Saya langsung mencoba mengamati setelah paham bahwa pengaruh minum kopi terhadap kecendrungan kepribadian. Teman-teman yang saban hari di caffee bar atau kawan-kawan yang home brewer alias nyeduh kopi sendiri di rumah.
Hampir kesemuanya sangat terbuka dan mandiri lalu berani mengambil keputusan. Ngobrol banyak hal itu bisa lebih luas kecendurngan pembahasannya. Dari bahas AI yang semakin cerdas hingga membahas filsafat KeTuhanan. Berat memang tapi itu adanya.
Penelitian lainnya menyebutkan orang yang minum kopi rutin dangan dosis dan menyesuaikan kondisi tubuh masing-masing. Minum kopi rutin tanpa berlebihan secara jumlah cangkir. Disebutkan, kopi secara moderat itu cendrung membuat emosi seseorang lebih stabil.
Sebagai penutup tulisan sederhana ini saya ingin mengutarakan satu untaian bahwa cangkir kopi yang diseduh lalu engkau nikmati ternyata tidak hanya sekedar kenikmatan tapi ada isyarat kepribadian. Bukan sekedar gilingan bubuk bahkan butir gula yang mengendap.
Dua pakar bahasa tubuh asal Australia, Judi James dan James Moore. Keduanya mengklaim bahwa selera dan pilihan kopi seseorang sebenarnya dapat mengandung makna tertentu.
Semoga bermanfaat. Salam:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H