Mari ingat lagi peristiwa lalu, banyak hal yang berlalu begitu saja. Tidak mensyaratkan makna dan hanya sia-sia. Padahal masa lalu adalah kisah paling berharga yang pernah ada. Â
Sebuah kisah "Romansa Swindu" adalah kisah paling syahdu sekaligus kisah bahagia, duka, tawa dan luka yang dimainkan secara bergantian bak roda berputar. Kisah seorang pria bernama Roman dan Speciosa, kisah mereka menjalani takdir hampir swindu atau kira-kira mendekati 8 tahun total dengan kisah doa yang mereka campurkan dengan dongeng-dongeng harapan.
Baca juga: Romansa Paling Pilu: Adalah Rindu
Roman selalu berkata pada Speciosa kekasihnya bahwa cinta itu tidak hanya anugerah, sejatinya cinta dan asmaranya tak alpa dan lupa selalu memberi kebahagiaan. Tapi selalu tak terduga kadang memberi luka diwaktu bahkan kita tak pernah ingin melihat luka itu sama sekali. Ia datang menghantam keras, bahkan mampu memecahkan batu karang di lautan dengan hantaman ombaknya yang dahsyat.
Speciosa kira-kira di awal pertemuan dulu menganggap bahwa ungkapan ini biasa saja. Namun saatnya nanti dia menyadari betapa cinta juga bisa bertutur tentang duka kala hati tak pernah menginginkan lara.
Tapi apapun itu kisah indah antara Roman dan Speciosa tiada tara indahnya. Mereka terpaut 4 tahun usia dimana Roman lebih tua dari Speciosa. Namun hal ini tidak menjamin kedewasaan Roman, yang pasti mereka menyimpan nyaman.
Speciosa mengenal Roman sejak ia remaja beranjak dewasa. Dan Roman mengenalnya sejak mulai tumbuh sebagai pria dewasa. Memulai jalinan asmara kemudian akhirnya menyiratkan kepasrahan pada takdir.
Speciosa dengan dunia dongengnya, menjadi pendongeng untuk anak didiknya, di langgar sederhana yang ia dirikan sendiri sejak masih sekolah dan remaja. Sedang Roman adalah penulis amatiran yang kian hari rajin menuliskan apa saja baik sastra, sejarah, tokoh-tokoh dunia, hingga tak jarang ia menulis beragam ideologi politik yang kian dinamis hingga hilang ditelan zaman.
Mereka berdua dikelilingi orang tercinta, mereka sendiri saling mencinta sedemikian rupa. Pertemuan mereka dipanggung teater tentang "Kartini, Priyai dan Santri" adalah awal pertemuan paling berkesan.
Teater yang digarap Roman ini jadi jembatan asmara pertemuan dengan Speciosa. Gelagat Roman dengan gaya hidung belangnya bisa terpikat dengan keanggunan sederhana dari seorang Speciosa.