Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kotbah Socrates

14 April 2023   14:33 Diperbarui: 14 April 2023   14:47 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Buya Hamka, 1967

Alangkah dalam artinya pertahanan diri dan pembelaan yang diucapkan oleh muallim awal ini di hadapan hakim ketika dijatuhkan hukuman mati sebab mempunya pendapat berlainan dengan pendapat umum pada saat itu. Sebab pendapat umum Tuhan itu banyak, sedang Socrates berpandangan Tuhan itu hanya satu Yang Maha Esa. 

Ia berkata, "Wahai hakim-hakimku aku telah dijatuhi hukuman bunuh (mati). Oleh karena itu, inilah nasihatku yang penghabisan! Hendaklah kelak Tuan-Tuan menghadapi maut seperti yang aku hadapi ini. Jangan ada pikiran Tuan-Tuan kepada yang lain melainkan kepada hakikat maut. Yakinlah bahwa orang yang telah berbuat baik, tidak akan kenal arti takut, baik diwaktu hidupnya apalagi setelah wafatnya, Tuhan tidak akan meninggalkannya selama-lamanya. 

Bukanlah yang menimpaku ini datang dengan tiba-tiba saja, tapi semuanya menurut adat (kebiasaan), aku percaya bahwa ini saat kematianku itu lebih baik rasanya bagiku daripada hidup yang penuh kesusahan ini. Aku tidak menyimpan dendam kepada orang yang menghukumku atau menuduhku. Yang aku sesalkan hanyalah lantaran hukuman itu mereka jatuhkan tidak dengan maksud baik, tetapi dengan maksud jahat, namun begitu, sangka-sangka mereka itu telah salah, mereka tidak berdiri atas kebenaran cuma sebagai seorang yang akan mati. Ada petaruh (wasiat) yang akan aku tinggalkan harap Tuan-Tuan paparkan sepeninggalanku!

"Wahai orang Athena semuanya! Bilamana putera-puteraku dewasa kelak, bila Tuan-Tuan lihat anak-anak itu tidak mengacuhkan kebenaran, tidak berlaku yang lurus dalam hidup mereka, lebih dipengaruhi harta benda daripada mengejar budi, hendaklah Tuan-Tuan siksa mereka, seperti aku Tuan-Tuan siksa ini, jika mereka jadi sombong, mereka sangka diri mereka berharga, padahal tidak ada harga mereka sepeser juga. Adzablah mereka seperti Tuan-Tuan mengadzab aku ini. Kalau pertaruhan ini Tuan-Tuan jalankan, barulah Tuan bernama adil terhadap diriku dan anak-anaku.' 

"Sekarang telah dekat saat perpisahan. Hendaklah kita semua memilih jalannya masing-masing! Aku menuju maut, Tuan-Tuan menuju hidup. Namun siapakah yang benar-benar bahagia menempuh jalan masing-masing itu diantara kita? Hanya Allah SWT yang Maha Esa yang lebih tahu" 

Disadur dari buku: "Dari Lembah Cita-Cita" karya Buya Hamka. 

mui.or.id
mui.or.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Tulisan "Tua"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun