Belakangan fenomena politik kita diwarnai beragam problematika. Banyak hal yang membuat dinamika politik kita justru mengkerdilkan politisi.Â
Khusus politisi yang praktis dengan segala nuansa yang selalu syarat dengan ragam kepentingan baik kepentingan kelopmpoknya atau pribadi. Bahkan tidak jarang menggadaikan integritas "kenegarawanannya" demi membela habis-habisan kepentingan ketua partainya misal.Â
Saya pernah menulis di satu media, di bawah asuhan partai tertentu. Tulisan keras dan penuh sindiran sinis, saya akui tulisan saya kala itu sebagai anak muda mahasiswa baru  menggebunya ya wajar. Akhirnya tulisan saya diretas dari media online. Tidak bisa ditemukan lagi wujud dan keberadaannya.Â
Pikir saya pun akhirnya menelaah ulang jika harus kembali ke masa itu. Tulisan 'anak bau kencur' saja, yang menulisnya acak-acakan itu ditakuti. Begitulah kerja kekuasaan, taunya laku penindasan tanpa harus mempertimbangkan apakah anak yang diberenggus tulisannya apa tidak mematikan masa depannya?Â
Ketahuilah kami dan secara pribadi menulis itu ideolog literasi yang dipegang. Jangan diberenggus karena itu hanya proses lahirnya ide yang jauh dari kata sempurna. Jikan ingin membaca tulisan yang sempurna ya baca kitab suci, di Islam bahkan membaca Qur'an itu berdialog sama Rabb yang Maha Sempurna. Â
Kembali bicara ideologi, penulis punya ideologi literasi sedang politisi juga sejatinya punya ideologi melalui partainya atau gagasan besarnya sebagai politisi. Hari ini adakah politisi yang masih membawa ideloginya, rasanya jarang dan hampir punah. Kalaupun ada satu dua dan ini masih sebuah kemungkinan.Â
Mencari sosok Bung Karno, Natsir, Hatta, Syahrir, Wahid Hasyim dan banyak lagi pendiri bangsa lainnya. Jika melihat sejarah gerakan politik mereka itu syarat dengan ideologi yang kuat dan gagasan-gagasan besar.Â
Hari ini banyak yang mengatasnamakan nama besar Bung Karno untuk kepentingan praktis bukan lagi kepentingan ideologis.Â
Sebuah penyakit kronis berbahaya menurut saya jika politisi kehilangan ideologi politiknya. Secara sederhana kehilangan ideologi politik adalah hilangnya hati dan pikiran pada raga tubuh itu sendiri. Berjalan dengan hanya penuh penindasan jika berkuasa karena tak lagi memiliki hati dan pikiran.Â
Siapa sosok politisi ideologis hari ini?Â
Mencari sosok yang ideologis di lingkaran politisi hari ini tentu jadi PR besar. Masyarakatlah yang menilai dan melihat sendiri.Â