Kamu dengan keinginanmu, aku dengan pendirianku. Gak ada yang bisa berubah!
Pernyataan sang perempuan dalam film pendek "Unhappy Together". Film berlatar dialog mendalam anatar sang pria dan perempuan pada malam hari. Semakin malam semakin dalam obrolan keduanya. Mengungkap tabir hati yang sembunyi, melalui kepulan asap rokok yang terbakar, mereka saling bertengkar namun tanpa emosi.Â
Pernyataan dialog di atas dimantik oleh kata-kata menyayat lagi dalam dari sang pria. Dalam lakonnya bersama kepul asap rokok dan suasana malam Jakarta munuju dini hari. Ia nyatakan ungkapan hati melalui mediumnya di naskah drama.Â
Aku lebih memilih tidak bahagia tapi sama kamu, daripada tidak bahagia tapi berpisah
Sebuah penjelajahan baru di dunia sinema kita. Bahwa kekuatan naskah adalah story yang kuat. Dan mampu menjadi cerita yang berangkat dari ide itu sendiri. Inilah jawaban yang diberikan dalam Filem "Un Happy Togther". Digarap dengan kekuatan naskah, dengan treatment hitam putih hingga memberi kesan bahwa dialog jadi fokus filem kali ini. Â
Filem ini ditulis dan disutradarai oleh Ivan Makhsara lalu diperkan oleh Reveldo sebagai sang pria sedang sebagai sang perempuan diperankan oleh Laras Sardi. Revaldo sendiri sebagai aktor yang memulai karir di dunia seni peran pada tahun 2003 dengan menjadi Rangga dalam sinetron Ada Apa Dengan Cinta, kemudian diadaptasi jadi filem.Â
Kali ini sang aktor digiring dalam filem pendek dengan gaya teatrikal yang begitu kuat. Bersama lawan mainnya Laras Sardi yang mampu mengikuti gaya dialog teatrikal dalam format hitam putih dan mampu memberi kesan mendalam. Filem yang rilis baru saja tahun ini 2023 bisa dinikmati di paltform online yang ada.Â
Berangkat dari ide cerita "menghargai" Naskah DramaÂ
Tentu saja cerita dalam film ini tidak cengeng, tidak berlebihan apalagi memberi kesan picisan manja. Justru kekuatan kata-kata dalam dialognya memberi kesan dan nuansa tersendiri. Sangat "kelam" suasana hati Sang Pria bersama terbakarnya rokok yang tak henti di tangan kirinya sedang tangan kanan berusaha memberikan gerak bahasa tubuh.Â
Sang Perempuan berlatar wanita malam itu. Sangat terlihat menjiwai. Bukan sebagai wanita malam! Tapi sebagai lakon dalam naskah drama. Ia dimintai bantuan untuk membacakan naskah drama yang telah dibuat oleh Sang Pria yang memang berlatar sebagai penulis naskah.Â
Muara ide cerita yang luar biasa. Jika anda mencintai naskah berbentuk teatrikal maka filem ini bagai air penawar dahaga kehausan seni yang anda tahan selama ini. Belakangan bahkan beberapa dekade dewasa ini kita seolah kehilangan dan kehausan akan kuatnya dialog dalam sebuah seni peran.Â
Kita tentu merindukan kekuatan kata dalam dialog drama. Inilah satu hal yang sangat dirindukan. Radhar Panca Dahana dalam bukunya "Teater dalam Tiga Dunia" menuliskan, dalam teater kata-kata seakan usai. "Drama mati sampai pada Beckett," kata seorang teatrawan Prancis. Kita diingatkan bahwa kekuatan sebuah dialog dalam naskah juga jauh lebih penting.Â
Berangkat dari ide. Sebuah seni dan pertunjukannya akan selalu memberi kesan bernyawa. Menghadirkan nalar sekaligus perasaan dan penjiwaan yang kuat.Â