Mohon tunggu...
Albar Rahman
Albar Rahman Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Editor, Writer and Founder of sisipagi.com

Sehari-hari menghabiskan waktu dengan buku-buku ditemani kopi seduhan sendiri. Menikmati akhir pekan dengan liga inggris, mengamati cineas dengan filem yang dikaryakan. Hal lainnya mencintai dunia sastra, filsafat dan beragam topik menarik dari politik hingga ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Penulis dan Kisah Misteri Pena

26 Januari 2023   18:04 Diperbarui: 26 Januari 2023   21:52 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kali ini saya akan berbagi tentang sebuah perjalanan di dunia pena. Ya dunia kepenulisan yang dianggap wah bagi sebagian orang ketika kita mampu bertutur di dalamnya. Atau menuliskan banyak hal. 

Padahal dunia kepenulisan adalah kelumrahan seibarat ngobrol atau bicara. Kita berbagi cerita, perspektif, sedikit pengetahuan, tentang pendirian dan lain sebagainya. 

Lumrah. Tidak ada yang istimewa. 

Pacaran dengan tinta ada satu kisah unik. Tidak istimewa apalagi dibilang hebat. 

Sebuah kisah unik. Cerita pribadi saja. 

Suatu ketika, saya membeli pena yang mahal. Buatan dari Jerman tak perlu disebutkan mereknya. Kecuali kelak jadi ambasadornya. Aaamiin. 

Singkatnya pena ini menemani saya kemana saja. Menulis harian, bahkan saat mendaki ke puncak sejati di ketinggian Gunung Sumbing awal januari 2020 lalu.  Pena itu menemani. 

Anehnya pena itu seperti bernyawa. Saya sering memaki rezim dalam diam. Aneh. Hanya menulis di secarik kertas. Misal mengatakan, "Rezim baling-baling, muter-muter kekuasaan seolah negri ini milik moyangnya seorang..." 

penggalan kutipan di atas tak perlu dilanjutkan. Hanya makian setelahnya. Dan tulisan itu tidak pernah saya publish di manapun. Hanya di secarik kertas yang tersimpan lusuh dan makin menua. 

Kemudian hari. Pena itu pun hilang entah kemana. Lagi-lagi seolah ia lari dan tak mau lagi peduli pada negri ini. 

Seketika hal sesepele itu jadi perenungan diri. Pena benda mati itu seolah memiliki kepekaan yang kuat. Ia peduli. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun