Pasir itu berbisik pada si anak.. akan riuhnya yang gerah membelalak .. panasnya tak jua henti gerah hati pun menghentak.Â
Kata sang ibu.. semua tingkah kian jadi tak tentu.. kala suasana telah merasuki panas masuk ke dalam qolbu.Â
Perjalanan yang panjang.. langkah kaki mulai terkulai.. badan menggigil dan menyentuh menusuk tulang.Â
Menemui persinggahan tapi bukan untuk singgah.. hanya untuk memahat kecewa... bahkan memulai kata pisah.Â
Ayah yang sejak lama dirindukan.. menyapa hanya untuk keserakahan.. lalu memberi bekas luka yang terdalam.Â
Ayah itu menginsayafi.. jangan menjadi orang tua untuk buah hati.. engkau sangat tega dan tega meberi perih.Â
Akhirnya si anak melanjutkan kelana.. Ayah harus mengakhiri kehidupan fana.. dan sang Ibu menanti berakhirnya hidup yang kian menua.Â
Begitulah pasir berbisik.. tentang kehidupan fana.. kisah pasir, anak, ibu dan ayahnya. SEMUA FANA, PETAKA, MUNGKIN JUGA SENGSARA.Â
Fiksi adaptasi dari filem "Pasir Berbisik" sebuah filem garapan tahun 90-an akhir bahkan jauh beberapa tahun seblum itu. Menggambarkan kisah hidup pesisir yang berpindah satu ke satu tempat lain. Bromo ke Parangtritis Jogja perjalanan set lokasi filem. Disutradarai oleh Nan Achnas. Anak diperankan oleh Dian Sastro Wardoyo. Sang Ibu dilakoni Christine Hakim. Lalu Ayah dimainkan oleh maestro aktor cineas Indonesia Slamet Rahardjo. Sumber filem ada di Badan Arsip Nasional, dan tayang di Paltfom Online yang bisa dinikmati kapanpun.Â
Note: adaptasi filem ke fiksi adalah bentuk pengarsipan yang saya lakukan dengan pendekatan sastrawi. Terobosan untuk diri sendiri, syukur-syukur bisa dinikmati bersama.Â