Akhirnya ia menemukan sosok Hanum diperankan oleh Laura Basuki, gadis jakarta yang berprofesi sebagai wartawan.
Perjalanan Jogja-Jakarta ditempuh sukmo ditemani sahabat kosannya asal jakarta Andre. Di jakarta proses bertemu Hanum begitu peliknya. Hanum ditengah kesibukannya sebagai Wartawan yang mendapat banyak pesanan liputan dinamika politik negri.
Sedang Sukmo terjebak bekerja sebagai pemegang akun-akun twit pejabat politik untuk kebutuhan pencitraan dan lain sebagainya melalui kata-kata di dunia maya.
Lewat Sukmo, Hanum akhirnya menemukan ide berita. Mengangkat tema jejaring sosial dan kampanye terselubung di dalamnya. Mereka keduanya tidak hanya saling bertukar informasi dan ide berita melainkan mereka keduanya akhirnya saling memberi hati.
Jatuh hati lewat media dan dunia maya awalnya dan pertemuan di Jakarta membawa kisah manis bagi Sukmo.
Hanum yang jatuh cinta karena gaya "slengean" Sukmo. Filem ini cukup berhasil membawa isu politik dibalut dengan kisah asmara di dalamnya.
Dan yang terpenting filem ini memberi refleksi mendalam bahwa tahun politik mendatang. Betapa harus  hati-hati menelan informasi. Tak selamanya yang viral bahkan berita paling populer dibicarakan adalah kebenaran. Manipulasi bisa terjadi kapan dalam waktu dekat atau pun akan datang.
Sedikit uraian yang bisa jadi bahan refleksi bagi semua. Bahwa politik uang dan transaksi apapun bentuknya sejatinya tidak dibenarkan.
Saya tutup tulisan ini dengan apa yang pernah mendiang Azyumardi Azra ungkapan dalam bukunya "Indonesia Bertahan" semua berkepentingan untuk memerangi politik transaksional.
Salam:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H