Menjadi penulis alias be a writer. Bisa dibilang sederhana juga sebaliknya.Â
Banyak yang bilang dan terkadang saya juga ketika ditanya bagaimana cara menulis dan menjadi penulis. Selalu saya respon dengan ucapan "tinggal nulis dan mulai menulis!".Â
Respon saya ini bisa disebut naif. Bahkan tidak memberikan solusi sedikitpun.Â
Sedang dalam dunia kepenulisan punya nyawa. Nayawanya ialah story teller artinya penulis adalah pencerita yang baik. Disini letak tidak sederhanya menulis. karena menulis harus mengahadirkan diri sebagai pencerita yang baik.Â
Dalam format apapun dan bentuk penyajian cerita seperti apapun. Cerita harus disajikan sedemikian rupa. Â
Pernah ketika seorang guru besar jugs cendikiawan besar sebut saja mendiang Prof. Azyumardi Azra ketika berkunjung ke Jogja dan bertemu dengan cendikiawan muda yang setiap hari hanya membaca buku-buku berat, menulis tentang pemikiran dan mengkaji berbagai pemikiran.Â
Beliau mengingatkan satu hal bahwa, banyak-banyaklah membaca novel. Para cendikiawan muda ini akhirnya menyadari dari novel kita mengikuti alur bercerita. Cara bertuturpun terbentuk dengan sendirinya. Menjadi pencerita yang baik memilki proses sendirinya.Â
Menulis bukan saja tentang "menulislah!" bak motivator penulis kebanyakan. Ada ruang yang perlu diperhatikan seorang penulis dan yang utama adalah bertutur bagi sebuah sajian cerita.Â
Berceritalah! itulah menulis. Ketika Bung Karno menarasikan Indonesia dan persatuan ia mulai menulis dan menjadi pencerita ulung. Sejak 1926 menulis Indonesia Menggugat cerita tentang ide dan pengalaman beliau menjadi pemimpin dalam menantang imprealisme sebuah penjajahan di negrinya.Â
Tulisan Bung Karno ini diterjemahkan hampir 40 negara yang juga ingin merdeka dari Afrika hingga Asia tenggara. Satu per satu negara merdeka juga Indonesia berkat narasi dan kuatnya Bung Karno menjadi pencerita dalam sebuah tulisan.Â