Secangkir kopi hangat, barus saja tertuang dari servernya yang aku seduh dengan paper filter. Seruputan hangat itu membasahi bibir dan lembut tertelan di tenggorakan, acidity asam fruitinya terasa nikmat sedikit  jenis robutsa agar pahitnya menyapa tak lupa aku blend alias campurkan. Seusai hujan sore itu mewah rasanya dengan cara sederhana dirayakan.Â
Jogja belakangan lagi rutin disirami hujan sore baru saja hujan berangin tiba. Lebat dan deras percik air itu menerjuni tubuh di jalan raya itu. Syukurnya brownis cokelat lapisan keju itu tidak basah dan akan jadi santapan nikmat ditemani kopi racikan sendiri. Selera lidah akan lupa pada badai yang baru dihadapan sekalipun. Terkesan berelebihan, tapi demikianlah adanya jika kopi berpadu dengan manisnya lapisan kue empuk disantap dan seruput pada suasana rintik hujan seusai derasnya mengguyur sore hari.Â
Kopi dengan pahit dan rasa juici alami itu berpadu dengan brownis manis. Membaca buku lalu menulis artikel fiksi, rasa itu berpadu dengan ruang imaji yang sembari berzikir atas rasa syukur betapa nikmatnya detik-detik ini. Terlena oleh waktu akhirnya, berelmbar-lemabr buku terbaca dan hampir 300 kata tulisan tertuangkan. Kopi masih nikmat dengan sedikit hangatnya sedang brownis manis masih saja manis layak senyum manis paras sang kekasih hati yang hingga kini masih bertakhta.Â
Maghrib pun tiba, kumandang azan menghampiri. Lagu yang menemani harus di pause. Setelah mendengar aransemen lagu Backstreet berjudul "I want it That Way" bersenandung cukup keras dengan lirik: Tell me why... Ain't nothin' but a heartache.. Tell me why.. Ain't nothin' but a mistake.. Tell me why.. I never wanna hear you say.. I want it that way dan seterusnya, playlist selanjutnya Jazz populer dari Ardhito dan Aureli "I Just Couldnt Save You Tonaight" seterusnya hingga lagu dibawakan Adhikara Fardi lagu berjudul "Kau" karya Candra Darusman itu dibalut dengan aransemen Jazz lembut. Kopi dan brownis manis itu semakin nikmat rintik hujan kian mengiringi.
Tiga Rakaat menanti, artinya tulisan harus segerai usai. Masih tersisa potongan si manis nan empuk dan sedikit kopi. Usai menunaikan kewajiban sebagai muslim. Dua objek nikmat itu akan dihajar seselera mungkin. Semoga uraian kisah rintik hujan, kopi dan lapisan si empuk nan manis ini menggugah selerahhhhhh.Â
Salam selera-rasa dibalik secangkir kopi:)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H