Hanya ada satu riuh di hati. Semua di temani gemuruh hujan dimana nostalgiaku bersama senyummu berimaji.
Aku pernah berujar padamu bukan? Semua prahara pena dan aksaraku itu tanpamu adalah ruang hampa.
Jika senyummu tak hadir kini. Maka rona aksaraku tak akan riuh, ia mati tak berimajinasi bahkan tak kuasa merangkai kata lagi.
Biarlah aku terkutuk oleh oleh cemburu hujan lewat petir segemuruhnya kian menyambar. Memang aku senakal ini sang pemuja senyuman dewi manis semanis parasmu.
Aku, puisi dan imajiku hanyalah riuh juga buih di lautan. Tanpa senyum di parasmu tak jadi apa-apa! Jangankan karya segores aksarapun tiada tercipta di segaris goresan sekalipun.
*Akhirnya aku paham bahwa kamu adalah alasan:)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI