Saat larut malam itu semakin larut. Tinta malam pun pamit dan izin untuk melanjutkan aktivitasnya bertutur di kertas dan layar kosong.Â
Sedang si Kopi pamit untuk melanjutkan lamunan. Perbincangan malam itu membuatnya merenung bahwa tinta harus terus dirawat, ditemani, disemangati agar api kepekatannya tak tergerus oleh riuhnya zaman yang semakin fana. Semakin menyedihkan.Â
Obrolan hangat berujung perenungan panjang. Penulis ucapkan, sampai jumapa di tuturan tinta berikutnya.Â
Salam Aksara:)