Yang Tersisa Dari Hajatan Nasional
Gelaran Pemilu 2024 sudah lewat lebih dari Tujuh hari yang lalu. Pemenang versi Quick Count sudah kelihatan terutama Pilpres. Versi Real Count di webnya KPU juga terus berproses walaupun kadang ngadat.
Kondisi keamanan di masyarakat juga relatif aman, tidak banyak gejolak yang terjadi. Hanya sedikit protes-protes tapi itu di Jakarta sana. Dikota-kota kecil relatif lebih tenang, sudah kembali ke kehidupan semula. Kebetulan momentnya juga pas dengan langka dan mahalnya beras. Masyarakat makin lupa kalau seminggu yang lalu telah ikut mengukir sejarah negeri ini, menentukan Presiden untuk 5 tahun mendatang.
Yang masih jengkel tentunya para Anggota KPPS yang sudah mengabdikan dirinya namun ada saja pihak yang meragukan hasil kerja mereka. Mungkin perlu dicari cara yang lebih baik atau lebih cepat dalam melaksanakan pemilu. Karena anggota KPPS walaupun hanya 5 Tahun sekali namun kerjanya tidak main-main, 24 Jam nonstop. Itu sama dengan dia bekerja 3 shift tanpa henti, kurang manusiawi rasanya.
(Turut Berduka cita atas meninggalnya anggota KPPS di beberapa daerah, semoga mendapatakan tempat terbaik disisi Allah SWT. Bagi Anggota KPPS yang masih sakit semoga segera diberikan kesembuhan seperti sediakala.)
Yang masih sibuk tentunya penyelenggara pemilu dan masih melakukan rekap manual berjenjang dari tingkat kecamatan. Inilah nantinya yang akan dijadikan KPU sebagai hasil pemilu sebenarnya.
Yang belum tenang tentunya para Caleg yang menunggu kepastian lolos tidaknya menjadi anggota legislatif. Rekapitulasi baru sampai di tingkat kecamatan. Masih harus menunggu lagi beberapa minggu ke depan.
Yang masih berisik tentunya dunia maya, media sosial. Masih ramai membahas tentang Pilpres. Padahal kita sama-sama tahu ternyata dunia maya tidak ada pengaruhnya sama sekali dengan hasil pilpres di dunia nyata. Besarnya dukungan di Medsos ternyata tidak berbanding lurus dengan kenyataan.
Ketenangan ASN yang Silent Majority
Ketenangan itu sebenarnya sudah tercipta sejak adanya anjuran netralitas untuk para ASN. Juga ada larangan untuk berfoto menunjukkan jari yang masih berlaku sampai sekarang.
Anjuran dan larangan ini ternyata efektif sekali. Media sosial termasuk Grup WA para ASN tidak ada pembahasan tentang Pemilu terutama Pilpres. Pun tidak ada juga yang menunjukkan dukungan terhadap salah satu capres.
Tidak ada berita berita hoaks berkeliaran di Grup WA para ASN. Tidak ada debat kusir yang berkepanjangan dan berakhir tidak bertegur sapanya para anggota grup.