Barulah setelah saya menikmati rokok tersebut, seperti obrolan diwarung saling menimpali ketika bercerita. Bapak-bapak di kampung ini sekarang tidak pernah lagi membeli rokok diwarung. Mereka sekarang memilih untuk membuat rokok kretek sendiri.
Improvisasi Rasa
Adanya toko tembakau yang menyediakan berbagai macam tembakau dan berjenis-jenis rasa. Selain tembakau, toko tersebut juga menyediakan alat-alat untuk membuat rokok. Mulai dari papir (kertas pembungkus) dengan berbagai tampilan seperti merk-merk pasaran. Ada juga gabusnya, jika ingin membuat rokok filter. Dan yang paling mendukung adalah mesin pelinting sederhana yang harganya sangat murah.
Dengan tersedianya sarana dan prasarana serta adanya waktu luang, membuat mereka dengan leluasa untuk "memproduksi" rokok sesuai selera masing-masing. Berbeda dengan pabrikan yang sudah paten dan standar rasa yang monoton. Disini mereka bisa ber improvisasi rasa, misalnya tembakau rasa Surya yang cenderung manis dipadukan dengan tembakau rasa Dji Sam Soe yang gurih sehingga bisa mentralisir rasa enek yang selama ini ada di Rokok Surya 12.
Ada juga yang membuat rokok dengan rasa malboro namun lebih padat dan tanpa filter(gabus). Bisa anda bayangkan kepuasannya bisa merokok Malboro tanpa khawatir cepat habis tertiup angin.Â
Bagi penyuka rasa-rasa, dapat membuat rokok dengan rasa kopi maupun mentol. Bagi yang ingin tembakau kemasan juga ada tetapi harganya lebih mahal.
Mudah Dan Murah
Dari tradisi lama yang dihidupkan kembali ini, memberikan pembelajaran yang sangat berharga. Ternyata ongkos produksi rokok sangat murah. Harga tembakau Eceran hanya Rp 20 ribu/100gram. Itu pun bisa juga beli 50 gram. Â Harga gabus per plastik Rp 3 ribu, isinya antara 120 biji. Cengkeh Kemasan Besar Rp 4 ribu. Lem besar Rp 4 ribu. Alat linting Rp 4 ribu. Papir (Kertas) Rp 4 ribu 250 lembar.
Bahan bahan tersebut jika dibuat bisa menjadi 100-120 batang rokok. Bandingkan dengan harga rokok surya kaleng isi 50 batang yang harga bandrol/cukai lama Rp 84 ribu. Sangat jauh dan lebih murah.
Seorang bapak yang rumahnya sebelah rumah ortu mengatakan. "aku nglinting iki seminggu, iso entek 500 gram, satus sewu, sesasi entek 400 ewu. Tapi nek aq tuku rokok, sesasi iso entek 1 juta luwih, iso ngirit atusan ewu"
Selain dikonsumsi sendiri, juga saling bertukar rokok, saling berbagi rokok. Ngopi setiap malam merupakan ajang berbagi cerita oplosan tembakau  yang mereka buat, saling melengkapi kekurangan. Saya seolah melihat Haji Djamari, Nitisemito, Kho Djie Siong, Oei Wei Gwan, M. Wartono sedang ngopi bareng.