Oktober menjadi bulan yang penuh kesibukan untuk menjalankan hobi. Setelah minggu sebelumnya mengantarkan istri menjalankan hobinya trail run yang sampai harus pergi ke provinsi lain.
Berikutnya saya bersama GKC Jombang juga pergi ke kabupaten sebelah, tepatnya di Kecamatan Ngimbang Lamongan untuk main lumpur. Sudah lama kami tidak main lumpur, gowes rutin mingguan-pun juga hanya dijalan aspal. (setiap sabtu kami tetap gowes, tapi memang sudah jarang di upload di medsos karena hanya mengulang jalur yang saya sudah sering mengulasnya).
Walaupun main lumpurnya harus berbayar, dibandingkan hobi berbayarnya istri, hobi saya jauh lebih murah. Tapi ojo dibanding-bandingke. Pepatah jawa mengatakan, Ono Rego Ono Rupo, Ada Harga Ada Wujud. Fasilitas dan lain-lain jauh lah, apalagi ini hanya lokalan. Yang sono event internasional.
Tapi man's will be boys, tetap bahagia jika bermain. Apalagi ini adalah even pertama setelah terakhir kami mengikuti even di Selorejo 2019 lalu.Â
Menghadapi jelajah Gunung Ratu, yang konon merupakan tempat persemayaman Ibunda Gajah Mada ini. Gunung Ratu dan wilayah sekitarnya tempatnya teduh. Walaupun berada di pegunungan Kapur tetapi wilayah ini banyak sekali sendang-sendang yang airnya tidak pernah kering.(sayangnya tidak bisa melihat makamnya, karena harus naik tangga yang lumayan tinggi dan perjalanan yang kami lalui belum ada separuhnya).
Pengalaman kami mengikuti even di sekitar wilayah ini dan kebetulan di tempat kami juga mempunyai kontur serupa. Jalur ini akan mudah, melalui hutan jati dan kebun masyarakat, tanjakannya pun masih masuk akal, bisa dilalui tanpa turun dari sepeda. Musuh utamanya hanya panas matahari.
Kami berharap tidak hujan, sehingga tidak perlu untuk main lumpur. Tapi apa daya, ternyata memang cuaca sedang susah ditebak, seperti hati perempuan. Setelah beberapa hari tidak hujan, malam sebelum hari H hujan deras mengguyur kawasan tersebut.
Kami tahu dan mengenal tipikal tanah di jalur yang akan kami lalui, jalur dikomplek Pegunungan Kendeng Utara, lempung. Yang pasti semua sudah tahu, lengket, jika dalam keadaan basah.
Apalagi jika dikombinasikan dengan daun jati kering. Sebuah perpaduan sempurna untuk jadi "rem" otomatis yang tidak hanya membuat ban menjadi berat tapi juga tidak bisa berputar sama sekali. Dalam kondisi seperti ini, jangan berharap bisa mengayuh pedal, bisa jalan ketika dituntun saja sudah sangat bersyukur.
Alhasil, hampir 60 persen jalur, harus menggandeng mesra sepeda masing-masing. 40 persennya baru bersepeda. Dari sisi waktu dan tenaga 50 Persen tersita untuk membersihkan sepeda, 30 persen istirahat, 10 persen menunggu pejabat yang akan memberangkatkan start dan 10 persennya habis untuk misuh-misuh dalam hati.
Tidak jauh jalur yang kami lalui, 15 KM, hanya separuhnya. Dikorting oleh panitia yang entah karena kasihan atau dikomplain oleh peserta.
Akhirnya jalanin ajalah, karena itu memang satu-satunya cara untuk menikmati memang harus menjalani dengan ikhlas. Setiap peristiwa pasti ada hikmahnya. Blessing indisguised.
Wilayah yang banyak memiliki lokasi bersejarah terutama candi dengan bata putihnya ini memang memiliki pemandangannya indah.
Tapi tetap saja tidak bisa menikmati. Panas yang menyengat ditambah menuntun sepeda menjadikan hari itu bukan moment yang tepat untuk menikmati pemandangan.
Menuntun sepeda itu berat, lebih berat dari naik gunung. Yang menjadikan sangat berat itu, karena kami kena mental. Tidak sesuai ekspektasi. Niat kami bersepeda namun kenyataannya, harus menuntun sepeda, tidak hanya itu, dibeberapa tempat, walaupun sudah dituntun sepedanya juga tidak mau jalan.
Ketika sampai finishpun suara merdu dan goyangan dari para biduan tidak menggiurkan kami untuk berjoget. Kami lebih memilih bakso dan kopi diwarung sekitar.Apakah kami kapok? Sepertinya tidak. Walaupun itu tadi, harus misuh-misuh disepanjang jalan.Â
Sebagai penyuka tempat sejarah, saya akan datang lagi lain waktu. Tentunya tidak bersepeda, tapi untuk ziarah tempat ini dan sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H