Mohon tunggu...
Albar Ahmad
Albar Ahmad Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi membaca, senang berfikir.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menulislah!

12 Juli 2024   13:19 Diperbarui: 12 Juli 2024   13:33 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

*_Ayo Menulis!_*

Hari ini saya kembali bertemu dengan untaian kata, kalimat dan frosa, untuk kembali menguraikan rasa dalam jiwa. Tulisan adalah media untuk saya dapat berkata-kata. karena manusia tidak semuanya dapat mendengarkan kita. Inilah lisan perasaan, lisan suasana, lisan keadaan, dan lisan segalanya. Sekali lagi, tulisanlah lisannya. Menulis mempunyai hal tersendiri. Bagi saya menulis adalah kebebasan, bagi saya menulis adalah cinta, bagi saya menulis adalah ketenangan. Dalam dunia dimana rasa sudah tidak ter-tuliskan, maka menulis adalah tidakkan revolusioneer. 

Terkadang orang-orang cenderung melihat para penulis yang sukses menghasilkan karya, itu pada titik pucak mereka hari ini. Tidak melihat dan memperhatikan bagaimana proses pendakian mereka, yang penuh pilu berkuah darah duri dan derita. Oleh karenanya, menjadi penulis selalu diasumsikan berat. Padahal sederhana saja. Kita mulai dengan kata pertama, kata kedua dan kata ketiga. Sampai menjadi satu kalimat, dari kalimat-kalimat menjadi paragraf-paragraf. Sampai satu halaman dan terus menerus hingga kita mampu membuat satu buku. Baik tentang ungkapan hati, perasaan. Atau nasihat dan ibrah kehidupan yang kita temukan. Sesederhana itu.

Percayalah teman-teman ini mudah, yang sulit adalah pikiran kita. Yang selalu mengasumsikan bahwa tulisan itu harus ilmiah, harus sistematis dan logis. Ya, memang benar. Tapi itu berada dinomor yang ke sekian. Bagi saya menjadi penulis itu ya memulai dengan menulis. Bukan dengan karya tulis, apalagi dengan ditambah ilmiah di belakangnya, karya tulis ilmiah. Tidak juga, menulis adalah bagaimana kamu membuat kata yang indah, sederhana dan mudah dipahami. Terpahami apa pesan penulis. Itulah yang mesti sejak dini kita biasakan. Kita tumpahkan agenda menulis pada lembar kehidupan ini, baik pagi, siang atau menjelang malam. Intinya kita harus mulai menulis. Menulislah dan rasakan keindahannya.

Sebagai contoh dengan mencurahkan perasaan misalnya, karena ada peristiwa di sore hari yang gerimis. Melihat gadis yang anggun memakai payung merah melirikmu, dengan lirikannya kau tersenyum simpul dan ia pun membalasnya. Dapat kau curahkan pada tulisanmu teman! manfaatkan momen itu.

_Wanita payung merah._

_"Dia berhasil mengikat hati saya. Gelisah dibuatnya. Namun sudahkan boleh kiranya hati ini terpikat. Padahal harta dan kedudukan belum saya punya. Menyesal karena telah berani memandang, sekali nakal melirik. Telah jatuh tepat pada intan permata. Kontak mata, saling menatap nan sekejap. Telah membuat senja yang kuyup semakin sayup. Dengan segala yang ada padamu. Telah berhasil membuat hatiku, menyerah"._

Sesederhana itu, menuliskan perasaan dan suasana. Mulailah dari sana sampai kita lupa untuk berhenti. Simpan perasaanmu pada setiap kata, simpan lirih hatimu pada kalimatnya. Pikiran dan perasaan ikut serta dalam membangun tulisanmu, apapun itu. Menulislah! menulislah dengan sederhana, sesederhana cinta Supardi Joko Darmono. Yang di ibaratkan pada kata yang tak sempat di sampaikan oleh kayu pada api, yang menjadikannya abu. Juga kata yang tak sempat disampaikan oleh air pada awan, yang menjadikannya tiada. Cintailah tulisan dengan kesederhanaan, bersama untaian kata yang penuh makna. Menulislah sahabatku, menulislah! 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun