Hahahha.... Dasar Nadzir goblok!!!! Begitulah gw menyumpahi diri gw sendiri. 2 minggu (sengaja) gak menyentuh dunia maya. 2 minggu kesibukan seperti tsunami yang menggerus fisik dan mental. 2 minggu perang terbuka ama bos. 2 minggu berkutat dengan pilihan-pilihan hidup yang membuat gw bernafas hanya melalui ubun-ubun. Sepertinya 5 baris diatas semakin menyempurnakan alasan gw kenapa gw harus menyumpahi diri gw sebagai orang goblok yang kadang merasa sok pinter sendiri. Contohnya saat ini. Sebenernya di flashdisk 4 GB yang gw colokin ke komputer gw sekarang ada 5 file document yang udah gw niatin mau gw publish di blog gw ini. Tapi mendadak tangan gw gak kunjung mengklik CTRL+C trus CTRL+V di atas lembar kosong "Compose Blog Entry" di blog ini. Justru jemari kapalan gw menari diatas keyboard simbadda warna item ini merangkai kalimat-kalimat yang secara maknawi tersesat dalam simbol-simbol bernama "bahasa". Gw sengaja ngebiarin sejauh mana jemari berkuku panjang sedikit hitam gw berkolaborasi dengan akal gw yang mengalir begitu saja. Liar. Seperti air. Seperti aliran sungai martapura yang membelah kota tercinta gw. Tenang dipermukaan. Tapi merangsek deras dibawahnya. Dus, saat ini gw terbayang sebuah kata yang dieja sebagai "M A L A I K A T". Malaikat. Ya... Malaikat. Kenapa harus malaikat? Kenapa malaikat harus bersayap? Kenapa malaikat sering mondar-mandir di ribuan puisi, ribuan sajak dan jutaan kalimat prosa? Kenapa malaikat tidak mengambil royalti atas keterlibatan dan pencantuman nama mereka oleh makhluk bernama manusia? Bukankah bisa saja begitu? Masalahnya sekarang adalah kepada siapa seharusnya gw melempar keras-keras pertanyaan ini seperti gw ngelempar batu bata merah hati ke arah anjing hitam yang mengejar gw minggu lalu? Pada manusia? Pada malaikat? Pada Tuhan? Padahal.... Padahal apa perlu gw lempar pertanyaan itu? Dasar Nadzir goblok!!! Bagaimana kalau gw bermain perandaian saja? Oke. Bagaimana seandainya gw adalah Sang malaikat? Seandainya gw adalah malaikat, maka kira-kira tugas gw apa? Apakah gw harus mengkudeta Sang Jibril yang memiliki ribuan sayap yang mengembang indah? Atau gw harus mengambil sangkakala akhir jaman dari Tuan Israfil? Ataukah gw harus mengambil alih senyum dari Sang Ridwan yang penuh cinta menyambut Ashabul Maimanah? Atau gw harus berwajah dingin dengan berkawan dengan maut sehingga Izrail tak perlu lagi bersusah payah menggandeng Sang Maut? Atau mungkin gw harus menjadi intelijen terbaik di alam raya dengan mengambil bolpoin dan secarik kertas dari Rakib dan Atid? Woyyy!!!!!!!!!! Dasar Nadzir goblok!!!!! Baiklah... Gw berhenti... Gw sekarang berandai-andai menjadi setan saja. Fiiuuhhh.... Kalau gw jadi setan pekerjaan gw akan lebih jelas dan terarah. Karena gw gak harus mengganggu tugas siapa-siapa. Toh, setan tugasnya menyesatkan umat manusia. Apapun caranya. Bagaimanapun bentuknya yang penting tujuan dan hasil. Bukan proses. Mau itu halal atau haram yang penting tujuan gw sebagai "setan yang baik" (setan yang sebenar-benar setan - red) tercapai. Tapi mohon maaf sebelumnya... Sebelum gw menjadi setan apakah boleh gw bertanya pada kalian? Syukurlah kalo boleh... Apakah Setan punya pilihan? Apakah setan berhak memilih apa yang terbaik baginya? Apakah setan bisa (baca: boleh - red) bertobat? Berhubung saat ini gw gak bisa denger jawaban kalian dan berhubung gw masih manusia (belum menjadi setan dan manusia berhak memilih) maka gw memilih menjadi setan yang bisa dan boleh bertobat. Kenapa? Gw pikir udah terlalu banyak manusia yang menjadi setan yang "teramat setan" sehingga posisi gw sebagai setan menjadi gak eksklusif. Monoton. Dari dulu setan itu seperti itu-itu saja. Monoton. Seperti lagu pop murahan. Monoton. Gak variatif dan gak kreatif. Monoton. Seperti wajah gw yang dari dulu seperti itu-itu saja gak ngubah-ngubah. Gw memilih menjadi setan yang gak baek aja. Maksudnya, kalo setan yang baek adalah setan yang menyesatkan, maka gw akan menjadi setan yang gak baek dengan memilih bertobat, lalu membongkar konspirasi para setan dan "setan jadi-jadian" (manusia -red) biar manusia yang baek gak mudah tersesat oleh para setan baek. Bisa dibilang gw pengen jadi setannya para setan. Artinya gw "ngebaekin para setan". Jadi gw tugasnya mengajak setan-setan yang baek untuk menjadi gak baek sehingga bertobat seperti gw. Kerjaan gw ngebisikin para setan biar membangkang sama Tuan dan Nyonya Iblis. Pusing gak tuh? HUhauahuahuahuahuha.... Dasar Nadzir Goblok!!!!!!!!!!!!!! Sudahlah... gw capek. Ada yang mau ikut gw pulang? Naik motor merah kreditan... 120 Km/Jam Gw jamin.... Di Bawah Garis Ekuator, 22/02/08 foto dijarah tanpa izin dari: http://media.photobucket.com/image/setan/adenoitz/diskusigrafis/setan_sendiri01.jpg http://www.testriffic.com/resultfiles/8986angel.jpg
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H