Kemarin saya membuka website kementerian agama untuk mengecek pengumuman petugas haji tahun 2025 tahap seleksi administrasi.
Sebelumnya, selama berbulan-bulan, tepatnya sejak Syawal atau April 2024 saya sudah belajar tentang apa saja materi yang ada di tes seleksi haji.
Artinya sampai pengumuman kemarin sudah hampir tujuh bulan saya habiskan untuk mempelajari manasik, kebijakan, serta tugas dan fungsi petugas haji.
Sudah begitu banyak video YouTube tentang manasik yang saya lahap. Buku yang saya baca. Kebijakan haji yang saya catat atau print. Tidak ketingalan pula video para petugas yang mengabadikan kinerja mereka dalam bentuk tulisan atau video di berbagai media sosial.
Perasaan saya mengatakan, insya Allah sudah siap ujian tertulis.
Di tengah mempelajari materi itu kemudian saya mendapat insight jika apa yang saya lakukan semata demi menjadi petugas haji, alangkah ruginya diri ini.
Apalagi jika hanya karena gelar atau materi.
Saya memperbaiki niat. Ilmu yang saya gali ini saja jadikan pembelajaran hidup. Toh, misal ternyata takdir tidak menggariskan saya menjadi petugas ilmu itu tetap berguna. Entah kapan.
Ternyata memang belum rizkinya. Saya dinyatakan gagal dalam seleksi administrasi. Entah dokumen saya yang mana yang tidak memenuhi syarat.
Berbeda dengan pendidikan profesi guru (PPG) atau tes CPNS yang ada notifikasi alasan berkas ditolak, di tes seleksi petugas haji tidak ada catatan itu.