Tantangan sebuah sekolah adalah bagaimana memanfaatkan asset yang ada dengan baik. Terkadang warga sekolah mengeluh dengan minimnya aset yang dimiliki. Entah itu berupa bangunan yang kurang menunjang, fasilitas pembelajaran yang minim, maupun aneka ragam tingkah laku siswa yang kadang membuat guru mengelus dada.
Tapi Pendidikan Guru Penggerak ini membuka mata para guru, utamamya saya, bahwa aset sekolah itu teramat banyak dan perlu terus dimaksimalkan potensinya. Di balik kekurangan atau kelemahan pasti ada kelebihan yang jika kita jeli maka akan menjadi aset tidak ternilai harganya.
Itulah mengapa seorang pemimpin pembelajaran harus berfikir berdasarkan aset, bukan berdasarkan kekurangan. Kalau dasarnya kekurangan kita tentu tidak akan pernah selesai mencari kekurangan. Ujungnya fokus seorang pemimpin pembelajaran hanya akan berkutat dengan masalah dan bukan lagi fokus untuk memaksimalkan potensi yang ada.
Hal itu akan diperparah jika kemudian kita membandingkan dengan kondisi sekolah yang lain. Yang aksesnya mudah, muridnya banyak, jaringan internet mendukung, input siswanya bagus, dan perbandingan lainnya.
Di balik siswa yang membandel di sana ada jiwa pemberani yang terpendam. Itu adalah aset yang perlu dimanfaatkan. Di balik sekolah yang terletak di pedesaan, disana ada keindahan alam yang bisa dijadikan sumber pembelajaran. Jaringan internet yang kurang mendukung adalah tantangan agar kreativitas guru kian meningkat.
Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu, mau, dan jeli dalam mengidentifikasi tujuh aset yang ada di sekolah dan sekitarnya. Kemampuan pemimpin pembelajaran dalam hal ini akan sangat berdampak dan menentukan eksistensi lembaga.
Berkaca pada modul sebelumnya, dalam mengidentifikasi aset ini kita bisa menerapkan Teknik STOP. Pejamkan mata dan bayangkan apa saja aset di sekitar yang selama ini kurang kita sadari dan berdayakan. Insya Allah asaet itu akan masuk gayangan piokiran kita.
Tidak perlu terburu-buru harus sekian aset yang ditulis. Kita bisa menerapkan teknis berfikir lambat dalam mengidentifikasinya. Saya rasa perpaduan antara Teknik STOP dan berfikir lambat ini justru akan menghasilkan deretan aset yang memiliki potensi besar untuk digali dan dimanfaatkan.
Modal manusia, sosial, politik, agama dan budaya, fisik, lingkungan, dan finansial harus terus digali. Pemimpin pembelajaran bisa mengajak warga sekolah terutama kepala sekolah, rekan guru, tukang kebun, penjaga, kalau perlu siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin aset yang dimiliki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H