Pak Ju pernah bercerita kalau harus sampai di sekolah langsung setelah shalat shubuh. Ikut membantu menyiapkan sarapan untuk para santri lantas mengecek kesiapan masakan nanti siang untuk semua warga sekolah.
"Pastinya capek Pak," itu jawaban yang beliau berikan atas pertanyaan retoris yang saya ajukan. Saya tahu tanpa beliau jawab pun pertanyaan, "Capek nggak pak?" sudah bisa diketahui jawabannya.
Tapi ini semua soal tanggungjawab. Meski capek tapi beliau lakukan dengan harapan besar semua kebutuhan gizi siswa dan santri terpenuhi dengan baik.
Pak Ju mengatakan bahwa beliau ingat pada ceramah yang pernah didengar bahwa ibadah tidak semata shalat dan mengaji. Memastikan bahwa tubuh ini tercukupi gizinya sehingga tetap tegak dan bisa melaksanakan amal baik juga merupakan ibadah yang bernilai tinggi.
Dua orang ini bisa jadi orang yang tidak  punya banyak kesempatan sambutan di depan umum. Jarang mendapat tepuk tangan meriah. Kurang dihargai dengan pantas.
Tapi lihatlah.
Rasakanlah.
Jika mereka, tim dapur atau tim masak, tidak ada kita akan merasakan dampaknya.
Teman-teman para pembaca.
Saya pernah membaca kisah tentang seorang dosen yang memberi pertanyaan 'aneh' saat ujian pada mahasiswanya. Entah ini kisah nyata atau hanya rekaan tapi ada pelajaran besar di sana.
Beberapa pertanyan yang 'janggal' itu adalah: