Mohon tunggu...
MUHAMMAD NABIL ALBANI
MUHAMMAD NABIL ALBANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030035 [Mahasiswa Aktif UIN Sunan Kalijaga]

Tidak ada halangan bagiku untuk menjadi seorang penulis andal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Budaya ala Trah Alyo Atmo

13 April 2024   12:59 Diperbarui: 13 April 2024   13:13 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin cepat, menjadikan masyarakat sangat mudah untuk berinteraksi melalui dunia virtual. Di balik kilaunya modernitas di Indonesia, masyarakatnya masih sangat menjunjung tinggi tradisi budaya. Salah satu aspek budaya yang masih mengakar hingga sekarang adalah konsep Trah. Trah dapat dikatakan sebagai perkumpulan individu dengan garis keturunan biologis yang sama berkumpul disuatu tempat. Biasanya mereka memberi nama Trah dengan tambahan nama orang tua yang telah dulu hidup, seperti contohnya "Trah Bapak Alyo Atmo".


Trah menjadi sebuah identitas budaya sebab esensi pada Trah sendiri merupakan perkumpulan kerabat-kerabat yang jarang bertemu dan sudah bertempat tinggal di wilayah yang berbeda-beda. Interaksi yang terjadi pada Trah sendiri adalah bersilaturahmi dan saling bermaaf-maafan. Karena pada umumnya Trah diadakan pada saat bulan Syawal/Lebaran.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Seperti halnya yang dilakukan oleh Trah Alyo Atmo. Kerabat-kerabat keluarga besar Alyo Atmo  dari penjuru wilayah Indonesia berkumpul di tempat kelahiran bapak Alyo Atmo di Salam, Magelang. Adapun mereka yang sudah bertempat tinggal di Purbalingga, Bekasi, Madura, Godean, hingga Purwakarta berkumpul di hari raya Idul Fitri untuk melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu.

Teh dan snack ringan menemani awal perjamuan di acara Trah berlangsung. Dilanjut dengan pembukaan dan pembacaan ayat suci Al-Quran, lalu setelah itu makan bersama-sama. Kegiatan mereka diwarnai dengan bersenda gurau dan saling bertanya mengenai seluk beluk kehidupan masing-masing. Acara Trah ditutup dengan saling bersalam-salaman.


Tradisi seperti Trah memang harus selalu dilestarikan dari generasi ke generasi agar kita tahu betul mengenai garis keturunan keluarga sendiri. Trah juga menjadi ajang untuk saling mengingat dan mengenal kembali kerabat dekat maupun kerabat jauh yang sudah lama tidak bertemu. Percakapan yang terjalin antara kerabat di dalamnya akan meyakinkan betul bahwa menjadi seorang keturunan dari kakek dan nenek buyut merupakan sebuah cerita yang dapat diwariskan di generasi ke depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun