Kiyotaka Ayanokouji adalah karakter utama dalam series anime Classroom Of The Elite atau jika dalam aksara Romaji penyebutannya Youkoso Jitsuryoku Shijou Shugi no Kyoushitsu. Pada awal mulanya Ayanokouji digambarkan sebagai karakter yang pendiam, anti-sosial, dan sangat bermuka datar. Namun, setelah kita menonton lebih jauh  dari anime ini, watak dan prinsip hidupnya akan terbongkar. Kekuatan dan kecerdasannya melampaui teman-teman dari angkatannya. Kemampuannya dibidang akademis, olahraga dan analisisnya di atas rata-rata. Walaupun demikian, watak yang paling disorot dari karakter ini adalah cara dia memanipulasi teman-temannya.
Cerita berawal ketika seorang Ayanokouji memasuki sekolah dengan nama SMA Bina Lanjutan Metropolitan Tokyo. Sekolah yang sangat bergengsi, dipastikan 100% lulusan dari sekolah ini akan diterima di Universitas dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Namun, untuk memasuki sekolah ini sangatlah ketat. Ujian akan dilakukan sebelum membagi siswanya untuk memasuki kelas dengan mengedepankan nilai yang didapatkan oleh para peserta. Kelas terbagi menjadi A, B, C, dan D disetiap angkatan. Peserta ujian yang mendapatkan nilai mendekati 100 akan dimasukkan ke dalam kelas A. Ayanokouji yang kala itu mendapatkan nilai 50 disetiap ujian yang dilakukannya ditempatkan pada kelas D. Walaupun begitu, tujuan awal Ayanokouji memanglah untuk memasuki kelas D karena dia hanya ingin hidup seperti orang biasa saja dan tidak ingin terlihat mencolok.
Cerita berlanjut ketika Ayanokouji mendapatkan giliran untuk memperkenalkan dirinya sendiri terhadap teman kelasnya. Dia mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki bakat dan ahli di bidang apapun. Memang benar-benar seperti orang biasa saja dan menyedihkan. Sikapnya yang pendiam dan tidak terlalu banyak bicara ini dianggap remeh oleh orang lain. Tapi dibalik itu, dia diam-diam menganalisis setiap persitiwa yang ia lihat. Seperti saat dirinya dapat menebak sifat dan kepribadian seseorang hanya dengan melihat setiap tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut. Yosuke Hirata adalah teman sekelas Ayanokouji yang kala itu mengajak teman sekelasnya untuk melakukan perkenalan diri. Ayanokouji yang pada saat itu menganggap bahwa Yosuke mempunyai sifat sebagai penggerak dan pemimpin memprediksi bahwa dia akan sangat cocok untuk menjadi ketua kelas D.
Dari data dan informasi yang didapatkan oleh Ayanokouji, dirinya dapat memprediksi dan mengetahui setiap tindakan yang akan dilakukan oleh teman sekelasnya. Kemampuan observasi yang sangat tajam inilah yang akan mempengaruhi cerita dari tindakan yang dilakukan oleh Ayanokouji dengan cara memanipulasi orang lain. Seperti halnya ketika dia dengan seksama memperhatikan peraturan sekolah mengenai kegunaan dari sistem poin. Sistem poin ini sangat berguna untuk kepentingan siswa dari sekolah ini karena digunakan sebagai ganti mata uang dan difungsikan untuk membeli makanan atau hal lainnya.
Singkat cerita ketika wali kelas D, Sae Chabasira yang kala itu mengecek latar belakang setiap murid kelasnya, menemukan sebuah kejanggalan ketika melihat informasi tentang Ayanokouji yang berasal dari White Room. Sebuah institusi rahasia yang didirikan untuk menciptakan sebuah manusia yang sempurna. Di White Room ini setiap anak akan dibina untuk belajar dengan keras tentang seni liberal, sains, seni beladiri dan segala jenis tentang kehidupan yang membuat individu dapat menjadi seorang professional. Setiap anak-anak di institusi ini akan dididik untuk mencapai target superioritas itu. Namun, tidak ada seorangpun yang dapat memenuhi target White Room kecuali Kiyotaka Ayanokouji. Dia dianggap sebagai produk yang sempurna oleh pengembang dari institusi ini.
Menyadari bahwa Ayanokouji menyembunyikan fakta bahwa dirinya adalah seorang pribadi yang pintar dan memiliki potensi untuk menaikkan derajat dari kelas D, Sae Chabasira membuat kesepakatan dengan Ayanokouji. Dia meminta kepada Ayanokouji untuk membantu kelas D naik ke kelas A. Ayanokouji sempat menolaknya, namun setelah mendengar bahwa Sae Chabasira mengetahui tentang sosok ayahnya Ayanokouji, dia pun menerima kesepakatan itu.
Hal pertama yang dilakukan Ayanokouji untuk membantu kelas D adalah membeli soal jawaban ujian dari senior kakak kelasnya untuk membantu teman-temannya mendapatkan nilai yang bagus. Tindakan ini adalah awal dari dirinya untuk menunjukkan kekuatannya kepada orang-orang dari sekolah ini tentang keberadaan Ayanokouji.
"Semua orang hanyalah alat, tidak peduli bagaimana caranya, tidak peduli apa yang harus dikorbankan, dalam dunia ini kemenengan adalah segalanya," kira-kira seperti inilah ucapan Ayanokouji untuk membantu kelasnya menuju ke kelas A. Memanipulasi orang lain untuk mencapai tujuannya. Walaupun begitu, dia tidak lengah sedikitpun untuk tetap menjaga rahasia tentang dirinya agar informasi itu tidak bocor ke tangan orang lain. Poker face digunakan Ayanokouji ketika dia berhadapan dengan ketua kelas C, Ryuen. Ketika dia menyadari bahwa tiba-tiba kelas D yang dianggap bodoh menjadi pintar, dia berpikir pasti ada dalang dibalik kekuatan yang dimiliki kelas D.
Menyembunyikan sifat kita dari orang lain memang hal yang manusiawi dalam kehidupan ini, seperti halnya yang dilakukan oleh Ayanokouji. Tidak perlu merasa heran dan kecewa ketika mengetahui bahwa teman kita mempunyai sisi lain dan sifat yang disembunyikan dari kita. Itu adalah hal yang lumrah dalam menghadapi kehidupan ini. Bisa saja hal yang disembunyikan itu adalah proteksi untuk keamanan dirinya.
Konsep hidup menyembunyikan seperti ini di Jepang biasa disebut dengan Hone-Tatemae. Hone yang disebut juga dengan ekspresi yang mewakili perasaan atau pemikiran sesungguhnya. Contohnya seperti mengeluh tentang tugas yang diberikan dosen terlalu banyak, menangis ketika diputuskan oleh pacar, ataupun merasa sangat bahagia karena telah mendapatkan hadiah dari seseorang. Hone sendiri biasanya hanya diungkapan kepada keluarga ataupun teman dekat. Sementara Tatemae adalah perasaan ataupun ekspresi yang diungkapkan ketika di depan umum untuk mengikuti norma sosial yang ada. Sikap tenang, periang, dan patuh adalah contohnya. Sikap ini dianggap sebagai bermuka dua dengan tujuan untuk menjaga formalitas dan menghindari konflik agar interaksi dapat berjalan dengan lancar.
Ayanokouji juga sadar bahwa menyembunyikan sebagian kekuatannya bertujuan agar dirinya dianggap tidak sombong. Ia menyadari bahwa sikap sombong hanya akan mempengaruhi dirinya untuk membuat keputusan-keputusan yang gegabah dan membuat malapetaka baginya. Seperti halnya Ryuen yang dengan sombongnya mengatakan bahwa dia akan mengalahkan Ayanokouji dalam pertarungan fisik. Namun, karena kecerobohannya dalam mengolah informasi membuatnya dengan mudah dikalahkan oleh Ayanokouji. Kita dapat membuat kesimpulan bahwa jangan pernah meremehkan orang lain, mungkin saja orang yang kita remehkan lebih baik dari kita sendiri.