Mohon tunggu...
Alba
Alba Mohon Tunggu... -

Pengabdi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ironi Seleksi CPNS

26 September 2013   23:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:20 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai mantan peserta seleksi CPNS, saya pernah melihat langsung, bagaimana terjadinya proses transaksional oleh sang penyuap (Calon PNS) dan yang disuap (Calo PNS). Awalnya saya tidak percaya, tapi ternyata kejadian tersebut terbukti ketika seorang teman yang mengajak untuk ikut bersama dia melakukan suap menyuap dan teman tersebut terbukti mampu lulus dengan baik menjadi CPNS waktu itu.

Awalnya isu tentang praktik suap-menyuap tersebut hanya berhembus pada Kolusi dan Nepotisme, katanya sulit lulus jika tak punya keluarga atau jaringan yang ngurus kita untuk lulus seleksi. Kemudian muncul isu tentang praktik jual beli tentang kelulusan seseorang tergantung bayarannya, bukan lagi hanya Nepotisme dan Kolusi saja.

Tidak tanggung-tanggung, saat itu tahun 2009 ketika saya di tawari untuk ikut, harus menyiapkan duit sekitar 35 juta untuk kelas S1, kalau D3 dan D1 cukup 20-30 juta katanya. Fikiranku waktu itu, jika mesti bayar segini, darimana saya bisa dapat duit sebanyak itu, untuk selesei kuliah saja orang tua harus ngutang kiri kanan demi seleseinya kuliahku, belum lagi jika lulus CPNS, butuh berapa tahun untuk ngumpulin duit sebanyak itu dengan gaji seorang PNS, luar biasa praktik suap menyuap CPNS (gumamku waktu itu).

Saya hanya berfikir sederhana waktu itu, kalaupun harus bayar segitu, lebih baik uang tersebut saya gunakan untuk modal usaha ketimbang harus melakukan suap menyuap demi status sebagai PNS, belum tentu juga gaji PNSku akan mendapat berkah dari TUHAN kalo proses awalnya saja sudah nga benar, itu bisikan nuraniku waktu itu….

Dari pengalaman itu, akhirnya saya berkesimpulan, pantas selama ini saya nga bisa lulus jika ikut test CPNS selama beberapa kali, karena tak melakukan suap menyuap. Dalam hati kecilku sesugguhnya masih berkeyakinan jika sesugguhnya masih ada ruang untuk proses seleksi CPNS yang murni, terbukti jika ada juga teman yang jadi PNS tanpa suap menyuap bisa lulus, walau kondisinya yang berbeda, karena mereka biasanya lulus dengan jurusan pilihan yang tak punya peminat atau tak memiliki pendaftar yang mensyaratkan kualifikasi pendidikannya, jadi potensi lulusnya hampir 90% dibanding pilihan yang formasinya sedikit tapi pelamarnya banyak.

Kejadian itu kembali saya temukan ketika test CPNS di tahun 2011 kemarin, saat itu istri saya yang ikut seleksi CPNS didatangi calo yang katanya berpengalaman meluluskan seseorang menjadi PNS. Menariknya, ternyata tarifnya telah mengalami inflasi, yaitu sekitar 50-100% dari masa saya di tahun 2009, gila…sungguh gila keadaan ini (fikirku waktu itu). Sang calo menawari istri saya dengan tarif yang fantastis, untuk D3 katanya harus siapkan 70 juta, apalagi pilihan istriku sebagai jurusan yang banyak peminatnya, katanya jika ingin berada di posisi aman, harus melakukan tambahan biaya, gila…gila…bangsa ini (gumamku lagi).

Saya hanya menyampaikan kepada istriku waktu itu, ‘…kamu ikuti aja jejakku yang tak menyuap, walau Rp 1 pun tak ada saya suapkan kecuali ongkos waktu mendaftar, cukup belajar dan berdoa, karena Tuhan itu lebih kuasa dibanding sang calo itu, buktinya saya cukup pake Tuhan sebagai calonya,,,hehehe……kalaupun tidak lulus kan tugas istri sebagai ibu rumah tangga dan ibu buat anak-anakku, nga usah cari nafkah karena itu kewajiban kepala rumah tangga, lagian saya nikahin kamu bukan untuk mencari nafkah kok…”. Itu spirit yang saya berikan kepada istriku waktu itu.

Untuk meningkatkan kualitas istriku, akhirnya saya sempat mengikutkan istriku bimbel CPNS, sampai saya suruh pelajari semua buku-buku dan trik-trik seleksi CPNS yang pernah saya gunakan, akhirnya tetap tak lulus. Lucunya, Teman-temannya yang melakukan suap menyuap saat itu terbukti lulus dan melanggeng dengan baik menjadi CPNS waktu itu,,,,luar biasa Indonesia dalam fikiranku waktu itu.

Dari pengalaman itu, saya hanya berkesimpulan jika praktik suap menyuap seleksi CPNS ini terus terjadi, maka inilah cikal bakal watak dan karakter koruptor baru di Indonesia dibentuk. Bagaimana tidak, yang mereka fikirkan ketika menjadi PNS adalah bagaimana mengembalikan uang suapnya dulu, bukan lagi berfikir untuk menjadi pelayan masyarakat dan abdi Negara yang baik. Makanya jangan heran jika tingkat kemalasan sebagian PNS, kinerja sampai kompetensi sebagian PNS layak diragukan bagi mereka yang melakukan suap menyuap tersebut (tidak semuanya).

Mereka bahkan rela menggadaikan SK PNSnya di Bank demi menutupi hutangnya ketika terpilih menjadi PNS, sungguh naïf proses seleksi tersebut…..akhirnya banyak PNS yang bermalas-malasan ke kantor karena sudah tak memiliki sisa gaji demi menutupi kreditnya di Bank dan menutupi hutang suapnya dahulu menjadi PNS.

Sejak dicabutnya masa moratorium CPNS tahun ini dan hadirnya model seleksi CPNS dengan sistem baru, saya sedikit optimis jika peluang melakukan reformasi birokrasi di Indonesia dari seleksi CPNS sampai hal lainnya tentang PNS masih mampu dilakukan bangsa ini. Dengan ketatnya seleksi dari pendaftaran on line, satu pintu di kemenpan, sampai model test yang baru dengan CAT (dan lainnya) mampu merubah praktik suap menyuap ini. Kelak jika seleksi ini berjalan bersih dan transparan, saya semakin optimis untuk lahirnya para pelayan masyarakat (PNS) yang lebih profesional dan berkualitas. Bukan lagi para PNS yang berfikir dan bertindak koruktif untuk mengembalikan uang suapnya dahulu untuk menjadi PNS.

Tulisan ini berhubungan dengan tulisan saya sebelumnya :

Tips Lulus Seleksi CPNS; PNS adalah pilihan

Kuasai Model Soal CPNS & Psikotest 2013

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun