Politik Dinasti, Biang Korupsi
Hati hati korupsi dan politik dinasti itu seperti dua sisi mata uang. Kekuasaan yang absolut itu akan mengundang korupsi, bisa terlalu absolut karena banyaknya keluarga yang ikut pegang kekuasaan ,atau karenna lamanya memegang kekuasaan, sehingga keluarga pun punya peran dalam kekuasaan.
Bila ada pemegang kekuasaan turun temurun , maka harus waspada, segera alihkannn kekuasaan itu jangan berada pada satu keluarga dalam waktu lebih dari dua periode.
Bila kekuasaan dipegang satu orang lebih dari dua periode, atau kekuasaan dilanjutkan oleh keluarga dekatnya, suaminya, Â istrinya, anaknya, pamannya,atau keponakannya, maka sama saja dengan ,menutupi korupsi keluarganya atau merencanakan kelanjutan korupsi.
Jadi, korupsi dan politik dinasti itu seperti anak saling berkaitan, karena , bila kekuasaan serlalu lama maka keluarga juga akan punya peran kekuasaann dan peran kekuasaan keluarga, menjadi ketidak jelasan antara milik publik dengan milik keluarga, mana yang milik keluarga ? Dan ana yang milik masyarakat?.
Buatlah sistem crack and Balance dengan profesional, beri kewenangan orang lain untuk mengecek kinerjanya atau kinerja keluarganya, agar bila ada penyimpangan, akan segera diketahui,dan dilakukan perubahan. Bukan keluarga sendiri yang mengecek, karena visi keluarga itu akan sama dalam satu visi, yang penting keluarga sejahtera, kalau tidak ada cek and ricek, maka akan menghalalkan segala cara untuk terus mempertahankan kekuasaan walaupun dengan cara korupsi.
Waspada, politik dinasti, biang tumbuh subur korupsi. ( Subhan Alba Bisyri Marzuki)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H