Mohon tunggu...
Al-Azhar Peduli Ummat
Al-Azhar Peduli Ummat Mohon Tunggu... -

Al-Azhar Peduli Ummat adalah lembaga nirlaba yang dibentuk Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dhuafa, berbasis pendidikan dan dakwah dengan mendayagunakan sumber daya dan partisipasi publik, dan bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi pengurus organisasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemberdayaan Masyarakat, Tak Cukup Sekadar Motivasi

4 Juni 2012   10:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:24 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang, motivasi dan doa saja tak cukup untuk membantu mengentaskan kemiskinan di masyarakat. Ketika ada orang dhuafa datang berharap untuk bisa mendapatkan modal untuk usaha, tidak sedikit yang pulang hanya dengan bekal motivasi dan doa. Padahal, yang dibutuhkannya tak sekadar itu, melainkan juga sebuah gerakan nyata berupa pinjaman modal agar ia bias memulai usahanya. Kaum dhuafa tentu saja mengalami kesulitan ketika harus mengajukan pinjaman modal ke bank, karena pihak bank pun menganggap mereka bukan golongan yang prospektif meski untuk sekadar mengembalikan pinjaman modalnya.Terlebih, semua pihak meminta sebuah jaminan yang sepadan dengan jumlah pinjamannya.

Sudah selayaknya kaum dhuafa memang tak berurusan dengan bank, karena dhuafa itu kaitannya dengan lembaga zakat. Lembaga zakat lah yang semestinya dituju para kaum dhuafa untuk bisa mendapatkan pinjaman modal usaha, sebab selain mengelola dana zakat, lembaga-lembaga ini pun mengelola dana infak dan sedekah sekaligus memiliki beragam program pemberdayaan masyarakat. Gin Gin salah satu contoh kongkritnya, setelah malang melintang bekerja dan mencari nafkah sebagai pedagang asongan, ia memutuskan untuk datang ke lembaga zakat untuk memperoleh bantuan pengembangan usahanya sebagai peternak Lebah Klanceng. Ginanjar, atau biasa dipanggil Gin Gin, seorang pemuda yang sempat putus asa setelah kecelakaan yang dialaminya saat SMA memaksanya kehilangan sebelah tangannya. Selama dua tahun setelah kecelakaan ia tak bisa bangun dari tempat tidurnya. Gin Gin tak ingin hidup dari belas kasihan orang, ia pun bertekad untuk bisa mandiri. Ia mulai mengasong di sekitar alun-alun Kota Pandegelang, Banten. Semangatnya untuk berdagang makin meningkat, saat seorang wanita bersedia menjadi pendamping hidupnya. Namun kegigihannya belum berbuah keuntungan, usaha dagangnya terseok-seok dan akhirnya bangkrut. Tahun 2009, ia mendatangi kantor Al-Azhar Peduli Ummat (APU) untuk meminta bantuan modal usaha agar bisa memulai kembali berdagang asongan. Semangatnya sangat kuat untuk tak mau hidup dari belas kasihan orang lain. Dengan bantuan modal itu, ia pun mulai kembali mengasong, harapan hidup terasa cerah kembali. Sambil terus mengasong, Gin Gin berkesempatan mengikuti pelatihan budi daya madu klanceng yang potensi sumber dayanya tersebar di wilayah tempat tinggalnya, Pandegelang, Banten. Hidupnya makin bersemangat usai pelatihan itu, ia mulai menekuni budi daya lebah klanceng untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Gin Gin tak ingin merasakan kesuksesan usaha untuk dirinya sendiri, ia melihat banyak saudara dan tetangganya yang masih tergolong usia produktif belum memiliki pekerjaan tetap, bahkan sebagian besar menganggur. Ia merasa, orang-orang muda di wilayahnya harus diberdayakan dengan terus menggali potensi sumber daya alam di sekitarnya. Madu lebah klanceng yang digelutinya menjadi alternatif untuk pemberdayaan masyarakat. Ia pun membentuk Himpunan Peternak Klanceng (HIPEK), untuk mewadahi kegiatan pemberdayaan pemuda di lingkungannya. “Saya ingin membuka lapangan kerja bagi pemuda-pemuda di lingkungan saya agar mereka bisa mandiri dengan memanfaatkan potensi alam di Pandegelang ini,” ujar Gin Gin. Melalui HIPEK yang disupport oleh Al-Azhar Peduli Ummat (APU) ini, Gin Gin mulai rutin memberikan pelatihan budi daya lebah klanceng kepada remaja dan pemuda di sekitar tempat tinggalnya. Kini, pria yang telah dikaruniai satu anak perempuan ini setiap bulannya telah mampu menghasilkan 40 botol madu ukuran 250 ml. Sedangkan potensinya masih sangat besar untuk terus ditingkatkan, hanya saja ia dan rekan-rekannya di HIPEK masih terkendala dalam pemasaran madu hasil budi daya lebahnya. Gin Gin telah belajar banyak dalam jatuh bangun kehidupannya, maka tak sedikit pun ia punya alasan untuk menyerah dalam usahanya mengembangkan budi daya lebah klanceng, termasuk dalam hal pemasaran. Ia terlihat aktif mengikuti berbagai pameran hasil sumber daya alam, termasuk membuka stand saat wisuda Rumah Gemilang Indonesia (RGI) beberapa waktu lalu. Pemberdayaan masyarakat agar mandiri dan berdaya, menjadi salah satu concern program APU yang bentuknya terus dikembangkan. Semakin banyak orang muda seperti Gin Gin yang berhasil diberdayakan, dan menularkan semangat kemandiriannya kepada orang-orang di sekitarnya, akan semakin tinggi tingkat kemandirian masyarakat. Insya Allah. (APU)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun